Senja ini kurajut pelangi untukmu. Merahnya diambil dari dadap yang tumbuh di samping bangunan Sekolah Dasar. Jingganya dicuri dari semburat yang jatuh di daun jendela. Kuning dipetik dari bunga matahari saat mekar, bunga yang cantik. Ada hijau hutan cemara yang turut mempermanis rajutanku.
Kami tidak pernah beranjak, memutuskan untuk tetap duduk di beranda, dalam dua naungan atap yang berbeda, meneruskan langkah, jejak, dan menelusuri alur masing-masing
Sempat mengalami kebingungan saat hendak memilih biru; laut yang tenang dengan hembusan angin atau langit yang bersih tanpa kumpulan awan? Hmmm… tampaknya laut lebih menarik. Biru, ombak, tenang…
Selarik nila dari morning glory yang lembut dan ungu nan elok pancaran dari bunga kupu-kupu melengkapi benang-benang pilihan. Benang-benang yang dirajut dengan senyum, dan senandung kecil, dengan binar mata dan gelak, seperti saat kita bercakap-cakap. Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu…. Benang-benang pilihan yang dirajut untuk goresan pelangi setelah episode rintik hujan usai…
Utara-Selatan; menyelaraskannya ternyata butuh lebih dari kesabaran, lebih dari sekedar kasih, tidak cukup hanya dengan sebentuk sayang…
Tengadahkan kepalamu ke langit, tak perlu memicingkan mata, senja yang lembut tak menyakiti pandanganmu untuk menikmati pelangi, hasil rajutanku. Tujuh warna yang tergores disana adalah doa, semoga Tuhan menjagamu, memberikan kekuatan, menebarkan rasa bahagia dan menopangmu saat lemah.
Dan ingatlah sayang, jika satu saat nanti kamu merindukanku, cukup menunggu petang menjelang lalu tengadahkan kepalamu. Aku akan selalu ada di tiap senjamu. Tak peduli gumpalan awan menutupi bias mentari, atau di lain hari senja sekelam warna sandal kesukaanmu, atau keesokan harinya senjamu membias dengan lembut cahaya jingganya.
Selalu ingat, aku akan selalu ada di sana untuk merengkuhmu dan rindumu.
Baca juga : Purnama Kesekian
kisah tentang senja yang begitu bernyawa..
very nice.. 🙂
Nice post, really 🙂
Saya suka senja, dalam apapun bentuknya, karena senja bisa membuat kita berkontemplasi sendiri. Mungkin jatohnya kayak sendu, tapi sebenernya lebih dari itu. Senja bisa ngebawa pikiran ini menjelajah kemana-mana, dan senja adalah saat antara matahari terbenam dan malam akan menjelang. Jadi kalo berada di batas itu berasa… entahlah, damai aja rasanya. Hehe.
Tentang kebingungan memilih biru, wah… dua-duanya saya juga suka: laut yang tenang dan langit yang bersih. Efek magisnya luar biasa 😀 Malah sulit milih mana yang paling keren, tapi ya, setuju, laut lebih menarik karena ada faktor “suara” desir ombaknya. Membuat perasaan jadi tenang juga.
“Aku akan selalu ada di tiap senjamu” –> wah, keren kalimatnya 😀
@Bayu : makasiih banget mas sudah suka post ini. Emang sih kadang senja bikin kontemplasi ya,saya juga gitu, suka merenung sejenak..