Aku melirik kalender kecil di sudut meja kubikel. Hari ini, dua puluh tujuh Maret. Aku mendesah pelan. Kubuang tatapan ke luar jendela kantor. Hujan. Sudah seminggu ini hujan mengguyur kota New York. Di luar sana orang berlalu-lalang, melangkah gegas ke berbagai arah dengan payung bergelantung di tangan masing-masing, berkelit menghindari lawan dan sesekali bersinggungan bahu. Denting ponselku membuyarkan lamunanku. Kulirik pesan yang muncul di layar ponsel. Dari Sandra.
Jam 9 pm di Harvey & Sons Book Store. Don’t be late girls!
Aku membereskan kertas-kertas yang berserak di atas meja, mematikan pc, lalu beranjak dari tempat duduk. Masih tersisa dua jam lagi.
Aku menengadah, menatap jauh ke atas. Gumpalan kusam menyelimuti langit malam. Butir-butir air langit jatuh semakin deras. Aku merapatkan jas hujan dan syal. Kurogoh payung di dalam tas, lantas membukanya perlahan. Aku berbaur dengan orang yang berlalu-lalang dengan langkah gegas menuju subway.
Harvey & Sons Book Store terletak di selatan kota New York, tepatnya di downtown, Houston Street. Toko buku ini favorit kami. Berada di perempatan jalan bersisian dengan restoran cepat saji dan toko bangunan. Sekilas, orang takkan tau bangunan bergaya eropa kuno ini adalah toko buku. Tak ada neon box penunjuk di depan toko seperti toko lainnya.
Dencingan lonceng yang bergelantungan di kusen menyambut langkahku memasuki toko. Bau kertas tua menguar di seluruh ruangan. Dinding toko tertutup rak-rak kayu yang dijejali ribuan buku. Buku-buku yang dijual sebagian besar adalah sastra klasik dan catatan perjalanan dari seluruh dunia. Hujan membuat toko ini sepi pengunjung. Biasanya toko ini ramai dikunjungi mahasiswa sastra New York University, penggila sastra dari seluruh distrik New York atau turis. Di sudut toko ada beberapa meja yang sengaja disediakan bagi pengunjung yang ingin membaca atau berteduh.
“Yang lain belum datang yah?” Ucapku pada Fred, pemilik toko. Dia menggeleng. Aku langsung menuju meja di sudut toko.
Tak lama berselang, pintu toko terkuak diiringi derap langkah tergesa Sandra, Gina dan Jean. Serempak, mereka menarik kursi di sampingku dan duduk mengelilingi meja bundar. Sandra mengeluarkan sebotol anggur dari kantong kertas yang dia bawa. Dengan hati-hati, Jean mengeluarkan setangkai mawar merah dari tasnya. Aku merogoh buku Wuthering Heights, Emily Bronte dari tas. Dan terakhir, Gina mengeluarkan sepotong kue tart dan lilin kecil di atasnya. Kesemuanya adalah favorit Cathrine dan kami letakkan rapi di atas meja.
Jam sembilan malam. Fred menutup pintu toko dan menyibak tirai menutupi kaca. Sandra menuangkan anggur di gelas-gelas yang sudah disediakan oleh Maggie –istri Fred-, lalu membagikannya. Gina menyalakan lilin.
“Untuk hari ini.” Ucap Sandra seraya mengangkat gelasnya.
“Untuk persahabatan.” Ujarku.
“Untuk cinta.” Ucap Gina.
“Dan untuk Cathrine, selamat ulang tahun ke-28. Cheers..” Ucap kami serempak lalu meneguk anggur. Di sudut lainnya, Maggie terisak di pelukan Fred.
Hari ini, Cathrine sahabat kami, yang juga anak Fred dan Maggie, genap berusia dua puluh delapan. Dan dua tahun lalu di hari yang sama, ia meninggal ditabrak di depan toko ini. Sebuah perayaan kecil selalu kami lakukan tiap tahun untuk mengenangnya.
Foto di ambil di miragebookmark.ch
sangat menarik ceritanya… smoga bisa tambah sukses n tambah carita menarik lainnya..
jeng Ranny saya suka FF nya kereeen 🙂
@Tanti : makasihhh ^.^
jeng Ranny, saya suka FF nya kereen
suka sekali ini tulisan. meskipun nggak terlalu nge-twist, tapi manis 🙂
@Miss Rochma : kayak yang nulis kan maniss #eaaaaa
cara penulisannya menarik mbak 😀
@Mbak Rini : aish orangnya yang nulis juga menarik
Suka.. Cathrine mempunyai banyak cinta dari sahabat dan ortunya ..
@Mak Lianny : iyah mak 🙂
Neng Ranny, dirimu salah satu MFF-ers yang progressnya keliatan banget loh. Sekarang alur dan penulisannya rapi. Twist ga terlalu nendang, tapi enak dibaca, dan bisa divisualkan dalam pikiran.
Well done! 🙂
@mak Carra : *idung kembang kempis* makasihhhh mak min :*
sambil baca bisa membayangkan kalau aku lagi di new york hehehe
@Teh Lidya : selamat datang di New York
Suka dengan pendeskripsian settingnya 🙂
@Evi : makasih evi