Selamat malam duhai pembaca blogku … *ehem
Akhirnya nulis juga postingan perdana awal tahun 2019 *uhuuy 😀 . Setelah mengalahkan mood, sakit badan karena lagi rajin nyoba resep ditambah lagi period yang aduhainya ampun, dan merapalkan doa agar laptop ini mau kerja sama biar kelar nulis.
So, apa kabar nih? Semoga pada sehat semua, ya. Karena sehat adalah koentji untuk bisa melakukan apapun. *yaeyalah maak 😀
Sebenarnya postingan ini mesti dipublish sejak Desember kemarin. Tapi berhubung, bulan lalu saya lagi peak season *dih gaya kali LOL hehehe, jadi ketunda terus deh.
Eh ciyusan deh, kalau mantengin blogku pasti pada pengin ‘lepeh’ karena isinya paid untuk postingan bulan Desember. Beneran ‘habis napas’ karena sibuk bener kedatangan Mama mertua, adik ipar, jadi diajak jalan ke Yogya, disambung Athar masuk rumah sakit, lalu liburan keluarga. Kebayang pegelnya walau tetep hepi dong dapet foto feed Instagram. Lol hehehe
Di postingan ini saya pengin cerita tentang setangkup kebahagiaan *cieeee 😀 dan biar kamu, kamu iya kamuu turut merasakan juga bahagiaku ini. 😀
Jadi begini, awal bulan Desember saya menerima DM dari seorang mahasiswi UMS. Dia meminta saya untuk menjadi pembicara di acara rutin mereka dengan tema food photography.
Kaget? Jangan tanya! Soale saya mah hanyalah butiran chocolate cookies di dunia food photography. Pengalaman jadi speaker mah hanya sekali di lingkup komunitas Emak Blogger doang.
DM pun beralih ke chat WA, saya pun bilang kalau hanya bisa basic food photography. Dan mereka mengiakan. Saya nervous bener, karena ini kali pertama saya ngobrol di luar komunitas dan audiencenya mahasiswa. *pakai anti aging 😀
Eh nggak hanya kaget sama audience tapi mereka minta food photography dengan kamera juga. Aje gile, saya ampe nyut-nyut hahaha secara baru setahun saya mulai pakai kamera dslr, udah diminta ajarin nih. >.<
Setelah siapin materi, baca-baca lagi plus latihan. Bismillah go!
Pengalaman Pertama Menjadi Pembicara Food Photography
Bersyukur saya punya pengalaman berbicara di depan publik *haseeek, jadi tinggal mantengin materi saja dan siapin mental untuk nerima pertanyaan.
Setelah tanya-tanya sama Havinda dan Redha, rupanya ini acara rutin klub fotografi. Nah, jadi ada kumpulan klub fotografi beberapa universitas yang dinamakan Pendopo. Dan setiap universitas pasti kebagian untuk jadi tuan rumah. Kali ini UMS yang terima giliran dan mereka ambil tema food photography.
Sebenarnya, saya meminta untuk waktunya itu pagi atau nggak siang biar cahaya matahari itu masih melimpah. Sayangnya, mereka bisa sore hari which is cuaca di Solo lagi gundah gulali gitu. Hiks …
Asli galau banget saya mah dengan cuaca. Memang sih mereka katanya menyediakan additional light, tapi tetap saja nggak bisa menjangkau beberapa meja yang saya rikwes.
Singkat cerita, hari itu pun tiba …
Seperti bisa diduga, cuaca sore itu mendung. Hiks
Lokasi yang mereka pilih adalah salah satu cafe favorit millenials, Euphoria Cafe. Konsep kafe ini vintage, meja dan kursinya pun sungguh alasfotoable banget. Untuk lokasi acara dipilih lantai dua.
Pukul empat sore hanya ada saya sama Ana yang datang pertama. Yup, late as usual hehehe … Nggak berselang berapa lama, akhirnya semua pada ngumpul. Ngerti sih karena sebagian besar baru selesai kuliah.
Pukul lima sore baru deh dimulai.
Pemaparan materi hanya 10 menit. Iyes, dikit waktu saja untuk teori, karena audiencenya udah pada ngerti dasar-dasar teknik kamera. Saya sedikit menonjolkan di angle foto dan komposisi. Juga, sharing behind the scene pengambilan foto yang saya lakukan di rumah.
Next …
Saya minta ada empat meja untuk empat menu. Too bad, additional light bermasalah hiks! Kebayang panik dong saya.
Tapi, sungguh mereka membantu banget. Senter ponsel pun dengan sukarela dipakai sebagai additional light. Dengan catatan difuser hanya satu, jadi pindah-pindah dah.
Saya mulai mengarahkan gimana sih bikin styling.
Untuk styling saya memulai dengan yang minimalis. Di mana nggak terlalu banyak pernak-pernik, untuk bahan pendukung pun itu ya bahan dari makanan. Lebih mudah untuk menatanya.
Sekitar sejam lebih praktik, keliling dari satu meja ke meja lain. Membantu mereka untuk editing, gimana cara pengambilan foto, arahin kamera.
Finally, syukurlah semua berjalan lancar.
Di sesi terakhir, saya diminta untuk menganalisa hasil foto para peserta. Semua foto udah bagus, ada yang pakai kamera ponsel ada juga dslr dengan lensa fix. Sedikit masukkan emang banyak ke hasil kamera ponsel yang mesti pintar cari angle foto agar nggak bocor fotonya.
To be honest, I’m so happy sharing with them.
Rasanya, ilmu yang saya punya itu berguna banget deh dan pengin nimba ilmu lagi ikut berbagai workshop fotografi.
Mereka juga sangat kooperatif, nggak sungkan nanya, nyelutuk sesama teman bikin saya kangen masa-masa kuliah *duh …
Anyway, matur suwun bangeet ya adik-adik UMS to having me, semoga sharingnya berguna bagi kalian.
Rasanya Gimana Jadi Pembicara Food Photography?
Excited!
Ada beberapa hal yang saya catat ketika sharing kemarin.
- Saya harus bisa mengantisipasi pertanyaan di luar materi kayak ditanya kenapa foto di IG agak dikit blur gitu kalau dizoom. Untuk ini masalah teknis ya, nggak bisa kita tolak karena sosial media di manapun sama. Kualitas foto dipress jadi hasilnya gitu.
- Para peserta udah pakai lensa fix sedangkan pemateri masih lensa kit. *kode biar dibeliin hahaha
- Harus perbanyak lagi setok difuser, reflektor karena kadang yang bikin acara nggak nyediain, terus jaga-jaga kalau motret udah malam.
- Kita tuh suka galau dengan : ih ilmu ini masih sitik. Gini loh, tiap orang itu punya ilmu berbeda, jadi walaupun kamu merasa ilmu baru sitik, maju terus! Karena pasti deh ilmu kamu akan bawa hal berbeda.
- Konsisten.
- Terus belajar.
- Latihan motret.
Dah itu saja sih. Selebihnya alhamdulilah bisa lancar, ini semua karena pernah ikut workshop food photography jadi saya punya konsep gimana acaranya nanti dan nggak kalah penting karena sering latihan jadi nggak kagok. Ini juga jadi motivasi bagi saya untuk terus latihan. *yassss
Eh, saya dong penasaran dari mana mereka nemu diriku *halah. Rupanya, mereka searching by hestek di IG loh. Jadi, hestek itu penting banget loh untuk branding. Dan pilihlah hestek yang lebih spesifik, untuk memudahkan orang mencari.
Okaay, sekian dulu yes tulisan ini karena emang udah nggak ada lagi yang bisa ditulis *dilempar sandal sama pembaca hehehe …
Semoga saya bisa terus berbagi ya BTS food photography ataupun tips-tips. ((AMIN))
Beklah, sumvah udah pening sama si laptop B ini karena udah dua kali metong dan belum sempat disave hiks … Sebelum metong ketiga kali saya pamit dulu dah.
See you, in my next article.
Muaaah …
Mbak Ranny, kerennnn deh. Selamat yaaa untuk acaranya 🙂
Soal ilmu yang masih sitik itu, aku lumayan tertamparrr hahaha. Kadang aku suka gak pedean, tapi ini udah tahun 2019 masa mau takut melulu. Harus semangaaaat 😀
Uihh… keren mbak… Food Photographer Indonesia…
*kode biar dibeliin hahaha < kode buat siapa ini? perlu dikirimkan dan mention orangnya gak? hihi
@Masry : wkwkkw udah baca mah orangnya cuma ya itu mesti dikode lagi #eh
Congrats for sharing ilmunya mbak 🙂
Gears bukanlah segalanya hehe. Tapi kalau memang ada budget dan mau mengeksplor lebih jauh lagi punya gears yg lebih advance tentu sangat membantu.
@Koh Putra Agung : aihhh ini mah suhu yang komeen ^^ betul banget koh, gears bukanlah segalanya tapi kalo ada bujet penting juga ditingkatkan 😀
kereeeen Ran :). kamu panteees lah jd pembicaranya, hasil foto2 kamu mah emang bagus2 ;). aku aja pgn banget bisa belajar juga cara fotoin makanan biar bisa bagus gitu :).
@Fanny : mamaciiiiih Fan :*