Kopi selalu menjadi moodbooster bagi sebagaian orang. Betul? Rasanya memulai hari tanpa kopi itu seperti masakan tanpa garam, hambar. Sebenarnya saya tidak termasuk dalam golongan ‘memulai hari dengan kopi’, sudah beberapa tahun belakangan ini saya tidak lagi mengonsumsi kopi karena kesehatan perut. Tapi, beberapa pekan lalu sebuah kiriman datang ke rumah. Rupanya Abang membeli kopi. Arabica Gayo coffee premium langsung dari Aceh! Saya benar-benar takjub sama Abang akan kecintaannya sama kopi.
Sedikit cerita ya.
Beberapa tahun silam, saya adalah penggemar kopi garis keras. Setiap hari selalu kopi. Kebiasaan ini dimulai sejak duduk di bangku kuliah. Di mana kopi selalu menjadi penyelamat dan sahabat terbaik menemani saya untuk melek saat belajar. Kebiasaan ini pun berlanjut hingga awal kerja. Satu kali, setelah minum kopi saya mengalami efek yang tidak mengenakan. Jantung berdebar, keringat dingin dan mulas. Ini berlangsung beberapa kali. Dan saya pun paham ini adalah efek dari kopi. Tapi, saya masih bandel, mencoba untuk minum lagi. Setiap kali selesai minum, perut langsung mulas dan mual. Oke, efeknya sudah tidak baik lagi untuk metabolisme tubuh. Dari situ saya pun berhenti minum kopi.
Setelah saya mengingat ulang, saya curiga penyebabnya adalah kualitas kopi yang saya minum. Iyes, saat itu saya masih minum kopi sachet-an yang ternyata menurut info yang tersebar di media sosial, kopi jenis ini dihasilkan dari biji kopi yang tidak baik. Padahal, di kota Manado ada salah satu kopi tradisional favorit yaitu Kopi Keluarga yang merupakan varian dari kopi robusta. Saya pernah menyesapnya sedikit saja. Rasanya pahit dan ada sisa bubuk di lidah. Saya belum menemukan kecocokan dengan kopi ini makanya tidak saya konsumsi.
Rupanya, efek minum kopi sachet ini dirasakan juga oleh beberapa teman saya. Tidak bermaksud untuk memberikan pandangan negatif, tapi itulah yang dirasakan. Barangkali memang kami harus beralih ke kopi asli a.k.a kopi tradisional.
Memiliki suami dan teman-teman penggila kopi, saya pun menjadi tahu bahwa Indonesia ini kaya akan penghasil kopi! Di tiap daerah ada kopi khasnya, sebut saja kopi Luwak yang terkenal seantero jagad raya, kopi Mandailing, kopi Toraja, kopi Arabica Gayo, Java coffee. Dan masih banyak lagi kopi lainnya.
Berhubung di rumah sudah ada kopi Arabica Gayo, saya pun tak ingin melewatkan kesempatan untuk menyesap dan menguji efek tubuh setelah minum kopi.
Secangkir kopi Arabica Gayo Premium
Yang ada di pikiran saya, kopi dari Aceh itu seperti yang dilihat di tv. Ditarik-tarik beberapa kali. Saya pun membayangkan perlakuan yang sama dengan kopi Arabica Gayo ini. Hahahah…
“Bang ini bikinnnya kayak ditarik-tarik gitu kah?” tanya saya sambil meneliti bungkusan kopi.
“Ya ampun, nggak gitu kali cara bikinnya. Kopi ini bikinnya biasa saja.”
Asli saya ngakak sendiri. Karena sudah bayangin suami saya udah macam barista kopi Aceh itu. Lol.
Karena sudah nggak sabar ingin ‘unboxing’ paket kopi ini. Abang pun bergegas membuatnya.
Kami menggunakan coffee maker ketika menyeduh kopi ini. Dan, saya merasa menjadi manusia purba yang baru tahu cara kerja coffee maker ini. Iyes, saya takjub gimana proses air bisa naik dan menyatu dengan kopi di atasnya. Keren! Mungkin next time, demi ke-kepo-an, saya akan bertanya kepada teman dari jurusan kimia apa nama proses reaksi yang terjadi di coffee maker. Hehehe…
Di vlog tersebut, saya bikin proses pembuatan kopi Arabica Gayo premium ini.
O, ya, lupa saya tambahkan berapa sendok gula yang digunakan. Untuk secangkir kopi ini, Abang hanya mencampur satu sendok gula. Masalah gula ini kembali ke selera masing-masing, ya. Makanya di tiap kedai kopi atau kafe, penyajian kopi dan gula selalu dipisah.
Sensasi pertama kali menyesap Arabica Gayo ini, terasa asam yang pekat dan sedikit pahit. Saya pun menyesap lagi. Takaran gula yang dicampur Abang terasa pas di lidah. Asam yang terasa tidak menghalangi saya untuk melanjutkannya.
Saya pun berhenti setelah beberapa kali menyesap Arabica Gayo ini. Saya menunggu efek kopi ini. Semenit, lima menit, sepuluh menit. Oh well, kok tidak ada? Gosh, ini benar-benar hebat! Saya tidak merasakan mulas, jantung berdebar pun mual. Saya pun tak ragu untuk menyesapnya lagi. Sepanjang hari setelah minum Arabica Gayo ini tidak ada efek yang mengkhawatirkan terjadi di tubuh.
Dari beberapa referensi, saya pun mengetahui bahwa kopi Arabica Gayo ini aman untuk penderita maag seperti saya. Ah, ini kopi yang saya cari. Cocok untuk maag dan tidak membuat iritasi. Hanya saja, saya tidak bisa mengonsumsi tiap hari karena masih dalam tahap menyusui.
Setelah mengonsumsi Arabica Gayo, saya tak segan merekomendasikan kopi ini kepada teman-teman. Memang sudah saatnya beralih mengonsumsi kopi asli jika ingin tubuh terhindar dari efek yang tidak mengenakan dari kopi biasa itu.
FYI, kopi ini kental lho, jadi hati-hati kalau tumpah karena akan menimbulkan bercak. Dari pengalaman saya, bercaknya bisa hilang setelah digosok pakai air dan dikit sabun. Disarankan jika tumpah langsung dibersihin karena kalau dibiarkan lama, ya mesti pakai air dan sabun.
BW Arabica Gayo Coffee Premium
Selama ini pengetahuan saya tentang kopi masih sedikit. Sebatas tahu kalau kopi terbaik ada yang ditanam tidak campur dengan tanaman lain. Pernah juga mengunjungi kebun kopi di Bali dan melihat kopi yang diroasting secara tradisional alias ditumbuk. Saya pun penasaran dengan Arabica Gayo ini, bagaimana sih prosesnya hingga dilabeli premium?
Setelah chat dengan owner BW Arabica Gayo Coffee ini, ada beberapa poin penting yang saya dapatkan.
- Arabica Gayo ini adalah jenis varietas kopi arabica yang berasal dari dataran tinggi Gayo, Aceh tengah dan Kabupaten Bener Meriah (dulunya hanya 1 kabupaten, sebelum dimekarkan menjadi 2)
- Biji kopi ini didapat dari beberapa suplier. Petani yang masih keluarga, petani binaan (diajari cara petik biji yang hanya masak di pohon dan berwarna merah) dan juga hasil kebun sendiri di daerah Lampahan (salah satu kecamatan di Bener Meriah) dan kecamatan Bukit (masuk kawasan Tekongan, Aceh Tengah).
- Biji kopi yang diolah untuk menjadi premium ini adalah biji kopi Arabica Gayo pilihan yang sudah dilakukan penjemuran di atas jaring jemur (jemurnya tidak di atas lantai semen), untuk menghindari kopi menyerap bau atau sifat lainnya ang ada di lantai dan bisa memengaruhi kualitas menjadi kopi premium nantinya. Penjemuran dilakukan hingga kadar air mencapai 12% dilakukan selang waktu 10 hari. Dan melewati proses sortir di mana tingkat defectnya kurang dari 1% (kopi yang rusak), untuk ekspor defectnya kurang dari 8%.
Saya takjub benar dengan proses menghasilkan Arabica Gayo premium ini. Ternyata rumit juga, yes. Jadi mengapa harganya itu pun dibandrol Rp. 93.500,- untuk satu pack 150gr. Ada kualitas, ada harga. Dan terjawab sudah ya, kenapa nggak ada efek negatif minum kopi karena Arabica Gayo ini dihasilkan dari biji kopi pilihan.
Lalu, kalau mau beli ke mana? Kalian bisa kontak teman Abang nih, pengiriman langsung dari Aceh.
Bang Teguh – 0812-7250-896 (WhatsApp).
Untuk merk BW Coffee ini tersedia bermacam kopi juga loh selain Arabica Gayo Premium. Ada Arabica Gayo Wine, Robusta Gayo Aceh, Arabica Gayo Blended, Robusta Gayo Blended, kopi hijau Gayo. Kemasan pun ada yang dalam bentuk pack kantong kertas dan toples plastik.
Kopi memang selalu menghadirkan sebuah cerita baru. Dan jangan pernah meremehkan kekuatan kopi, karena bisa menjadi semangat untuk memulai hari. Seperti pagi ini, mendung di luar dan udara pun masih dingin. Sepertinya menyesap sedikit kopi Arabica Gayo buatan Abang enak nih, bisa jadi moodbooster memulai senin yang selalu hectic. Well, beralih ke kopi hitam atau suka saya sebut kopi alami adalah salah satu cara juga untuk memulai hidup sehat.
Kalian pernah minum kopi Arabica Gayo? Share dong pengalaman kalian.
Mantap, terima kasih informasinya mengenai Budidaya Kopi Arabika di Indonesia.
Tapi kadang sy memilih kopi sachet saja walau kadang sering ditertawakan
dulu aku pecandu kopi, tapi sekarang udah nggak berani lagi takut mag nya kambuh
@Ahmad : aku juga suka kena maag, tapi yang ini aman lho.
Emang yg sachetan kenapa ya mba kalo boleh tau? Soalnya akut kopi ini. Tapi yg sachetan
@Dika : Ya itu, dari info yang beredar terbuat dari biji kopi yang tidak terlalu baik
akuuuu selalu deg-deg-an tiap abis minum kopi, hehe
salam kenal mbaaa, nice blog 🙂
@Mbak Inna : sama-sama mbak ^^
Boleh ditambah tuh daftar kopi premiumnya, mbak.
Iya, kopi Lampung juga enaaak lho. Baik Robusta atau Arabica, sama nendaangnya.
Benar, Indonesia memang kaya ya, sungguh!
@Mbak Rossana : noted! Pengin coba kopi Lampung
Aku suka banget kopi mak Ran.. Apalagi kopi pait. Kalo yg pake gula tergantung mood minum nya. Hihihi
@Mbak Helma : duh kalo kopi pahit belum terlalu suka hiks
Kata suami emang arabica lebih bagus dari robusta Mak..jadi harganya juga beda. Arabica juga ngga bikin kembung atau deg-degan. Kayaknya aku pernah nyoba ini deh..hehe.. Oleh-oleh bosnya suami waktu beliau ke Aceh.
Kalau suami udah bikin kopi, dia pasti akan ceramah tentang kopi yag dibikinnya itu. Hahaha.. Sejak dia kecanduan kopi, kami mesti menganggarkan sekian ratus ribu Mak..huhuhu…
Tapi aku punya pengalaman dengan kopi yang menghilangkan pusing deh. Beneran. Waktu itu kepala berat banget..rasanya males ngapa-ngapain. Trus suami bikin kopi. Aku minta dibikinin juga..tapi pake susu hehe.. Belum bisa kalo mesti pahit-pahitan. Setelah itu, pusingnya hilang. Kalo kata orang jawa mah “kemepyar”. Hehe..
*duuuh panjang komennya. Betewe..itu alatnya sama kayak yg di rumah. Itu buat bikin espresso juga kan?
@Mak Arin : waah ini nih baru tau kopi bisa juga menghilangkan pusing hehehe gpp panjaang komennya :p iya mak bisa untuk espresso
Menyediakan kopi gayo arabika
Info & harga hubungi 085360080070 (wa)
Salam kopi 🙂
aku bukan coffee person mba..lambung gak kuat tapi suka aromanya. suami jg sama tapi
suami suka baw a dr daerah kadang bijinya yang belum digiling kita simpen aja di toples utk cium aromanya
@Mbak Ophi : kalau ada masalah lambung sih mending jangan tapi aku aman loh minum ini 😀
Ngeri ah..peminum kopi aliran garis keras 😀 wkwkwk Samalah mbak dirimu dengan suamiku yang suka kopi..dia wajib tiap pagi 2 cangkir…
Disini ada kopi Arabica. Pengen rasain yang inilah kalau pulkam nanti 🙂
@Mbak Dewi : wah aku bukan garis keras mbak hihihih suamiku yang garis keras 😀 coba deh kalau pulkam coba yang ini ^^
Kopi Gayo terkenal banget ya. Kopi Sumatra itu nikmat2 btw, nggak perlu tambahan macem2 krim & perasa. Cukup gula.
@Mak Lusi : betul banget! Nggak perlu yang aneh-aneh, cukup gula satu sendok.
Aku gak bisa minum kopi mbk. Malah pusing, makanya gak suka minum kopi. Baik yg sachetan maupun kopi bubuk asli
@Mbak Ivone : wah iya, kalau emang berdampak gak baik untuk kesehatan mending hindari
Aku tuh suka kopi ran.. Tapi bukan pecinta kopi sejati yg ngerti kopi enak itu seperti apa.. Buatku kopi itu yg penting ga pahit hihihihi.. Sementara aku prnh baca, barista kopi malah akan tersinggung berat kalo sampe pembelinya minta kopinya ditambahin gula :p. Mnrt mereka sih kopi yg enak itu udh berasa enak tnpa ada gula apapun.. Lah aku ga bisa begitu :p.
Pas msh di aceh dulu , ya aku pernah nyobain kopi sana. Tp ya ituu… Buatku enaknya sama kyk kopi lain yg aku coba, pokoknya yg ptg diksh gula hueheheh :p. Coffee lover abal2 nih :p
@Fanny : (((coffee lover abal-abal))) dirimu bikin ngakak 😀 ya namanya selera orang pasti beda-beda, nggak masalah juga pakai gula sih
Aku nggak bisa minum kopi asli begini, Ranny.
Ada sistem pencernaanku yang bermasalah kalau minum kopi #halah
jadinya ya aku ngopi instan, padahal kalau secara kesehatan kurang baik.
Untungnya aku bukan kopi mania 😀
Punya kopi di rumah yang dikasih teman suami, malah kujadikan masker, lulur dan peeling :)))
@Mak Injul : huaaa hahha mak keren idenya! Tapi emang bagus tuh untuk perawatan tubuh si kopi ini.
saya belom pernah nyobain kopi Arabica Gayo, tapi saya selalu senang membaca artikel tentang kopi #coffeelovers 🙂
@Mbak Lily : makasiiih mbak ^^
Aku bukan penyuka kopi tapi minum kopi kalau pengen aja 😀 Kalau yang terlalu asam kurang cocok diperut karena langsung maag & diare -__-” Kopi arabica gayo ini kalau ngga bikin lambung berontak oke juga ya… Hmmm.. jadi pengen beli
@Mbak Sandra : rekomen deh kopi yang ini mbak ^^
Kalo kopi hitam aq masih ga berani nih takut melilit krn asam
@Mak Dian : mungkin bisa dicoba yang ini hehhe
Sejauh bukan peminum kopi yg baik. Sekadar icip2 dan sruput okelah. Karena itu, suka mengalami efek minum kopi yang bikin puyeng. Baik yg sachet maupun yg asli 🙁
Salam hangat dari penyeduh teh ?
@Mak Kachan : huaaa 🙁 emang efek kopi di tiap orang beda-beda sih.
Wah, sampai sekarang saya masih enggan minum kopi, entah kenapa. walaupun katanya kalau kopi tradisional ini ramah di lambung. Tetep aja blm minat nyobain.
Moga aja kopi tradisional kita makin naik pamor.
@Mbak Ety : ayoo dicoba 😀 Amin, semoga masyarakat lebih peduli ya dengan kopi tradisional
Udah nyobain di coffee shop, enak emang mak. Sekarang lagi rajin ke coffee shop nyobain berbagai macam taste Nusantara ?? Kemarin dapet oleh-oleh juga dari Aceh, kayaknya homemade gitu. Kalau diseduh ada sensasi bau gosong2nya ?
@Mak Ana : wah kalo ini baunya haruum mak 😀
aku ada dirumah tuh bu, kopi gayo..oleh2 kakak ipar dari sumatera hmmm nyusss angettt enak klo minumnya ditemani pisang goreng anget..
@Mas Dhanang : wainiiii nih yang top, kopi sama pisang goreng!
Sampai sekarang saya termasuk yang memulai hari dengan kopi mbak 😀 biasanya sih nggak pakai gula. Awalnya asam pahit gitu, lama2 terbiasa hehehhe…
Betul mbak, kopi sachet memang nggak bagus, mnfaat kopi jadi hilang. Kopi murni baru nantappp 😀
@Mas Ditya : tossss 😀
Duuh aku kangen minum kopi..sudah lama ga ngopi demi kesehatan lambung.. itu harga dah termasuk ongkir belum mbak? Minat nih.. Romonya Narend kalo kopi lokal gini jg pasti suka.
@Mbak Wiwied : belum termasuk ongkir 😀 monggo diorder