Hola, selamat pagi dari tempat saya nulis artikel ini. *halah
Eits, jangan pening dulu baca kata declutter di judul. Ya kalik, apa pula mamak mau nulis kali ini. 😀
Gini, dari kemarin nyari padanan kata tepat untuk declutter mah gak nemu. Jadi, pakai saja kata ini. Dan lebih cucok yes bacanya. :p
Kata ini semakin hits, ya. Barangkali ada di antara kamu yang sudah melakukannya dan ada juga yang hanya tau tapi nggak melakukan.
Don’t worry, saya juga masih ada di golongan kedua. Which is, berusaha banget untuk hidup sederhana, ‘membuang’ barang-barang yang nggak diperlukan dan lebih fokus pada manfaat.
Sebenarnya nggak membuang semuanya, tapi saya memberikan barang-barang masih layak tersebut ke orang yang membutuhkan. Untuk yang sudah nggak layak saya sortir lagi, ada yang dijadiin alas, lap tapi kalau udah yang parah banget sih, saya buang.
Saya mencoba mencari arti declutter ini, sayangnya belum ada di KBBI.
Dari beberapa artikel, declutter ini merujuk pada hidup sederhana atau minimalis, di mana kita meminimalisir segala barang yang ada di rumah, menyederhanakannya ke beberapa bagian yang penting dan selalu digunakan.
Bagi saya, decluttering ini bagus untuk diterapkan karena bisa ngerem keinginan kita untuk menjadi manusia yang konsumtif. Terlalu banyak barang yang dibeli berdasarkan keinginan bukan kebutuhan.
Selama ini orang-orang pada fokus declutter barang-barang di rumah, tapi pernahkah berpikir untuk declutter our soul agar menjadi manusia yang lebih bahagia? Apa hanya saya aja kali ya yang terlalu banyak mikir? Hiks
Sebentar gimana sik, declutter our soul itu?
Sejauh ini, seringkali kita fokus pada kesehatan fisik, tapi menyampingkan bagian yang bisa mengubah diri kita dan meningkatkan kualitas hidup. Yha, kesehatan jiwa dan spiritual
Coba deh dipikir, kadang kala diri ini dibombardir oleh serangkaian pemikiran di dalam kepala –terlalu banyak, sering dan too negative– yang menimbulkan stres dan kegelisahan. Lalu, hal tersebutlah mengarahkan kita untuk segala macam situasi yang tidak menyenangkan.
You got it?
Dan kita sama-sama tau kan efek dari stres itu bisa merambat ke mana-mana.
Nggak bisa fokus, lupa akan banyak hal dan membuat kita nggak bisa memberikan yang terbaik saat bekerja. Kegelisahan juga menjauhkan kita dari aura bahagia, karena terlalu khawatir berlebihan akan sesuatu yang nggak bisa diprediksikan.
Hufftt ….
Bagaimana cara declutter pikiran dan jiwa untuk hidup lebih damai, bahagia dan bebas? 4 Cara ini bisa kamu lakukan mulai sekarang!
-
Tinggalkan masa lalu
Masa lalu, biarlah masa lalu …
Lagu dangdut ini akrab di telingaku hehehe, tapi ada benarnya juga ya khan?
Bagi sebagian orang, ngapain juga mikir masa lalu toh udah lewat, fokus saja hari ini dan esok. Yha, sebagian saja. Tapi, ada juga yang nggak bisa move on dan merasa bersalah atas kejadian masa lalu akhirnya nggak bisa menerima keadaan sekarang.
Kenangan buruk, kesalahan yang dibuat, orang-orang yang menyakiti saat kita merasa insecure, bully – semua ini harus ditinggalkan. Karena serangkaian kejadian menyakitkan itu milik masa lalu dan jika terus memikirkan hal tersebut, akan memicu emosi yang sama dan bisa mengacaukan hidup sekarang.
Memaafkan.
Ini memang kalimat klise, tapi kalau kita bisa memaafkan orang-orang tersebut dan diri kita, pikiran ini akan terasa lega. Because I’ve been there and done that.
Setiap potongan kejadian menyakitkan itu terlintas, sekarang saya bisa tersenyum nggak ada lagi perih di hati. 😀
Berlatihlah untuk melepaskan. Memang butuh waktu, tapi yakinkan diri bahwa kamu bisa lepas dari jeratan masa lalu.
Saat potongan kejadian itu popping up in ur mind, katakan pada diri, “Stop!”
Ingatlah bahwa itu sudah terjadi di masa lalu, dan nggak ada yang bisa dilakukan untuk mengundo kejadian itu. Come back to this moment, tarik napas dalam-dalam dan let go of it.
Hempaskan …
Baca juga : Tips meningkatkan imunitas tubuh
-
Stop overthinking
Sedikit itu lebih baik. Berlebihan itu nggak baik.
Hal ini merujuk pada banyaknya pikiran yang kerap hadir di kepala.
Berpikir memang baik untuk beberapa situasi dalam hidup, tapi saat berpikir nggak ada tujuan dan akhirnya membuat diri kita khawatir, menghadirkan imajinasi skenario negatif, satu hal yang bisa kamu lakukan untuk mencegahnya adalah dengan mengosongkan pikiran.
Overthinking berarti secara konstan memikirkan bagiamana cara segala hal berjalan dengan semestinya, apa yang dipikirkan orang lain tentang diri kita, kenapa kejadian hari ini nggak sesuai yang diharapkan, apa yang bikin kita melakukan kesalahan, apakah kalau kita melakukan hal ini akan sepadan dan lain sebagainya.
Pikiran-pikiran ini bisa menghambat kita dalam bersosialisasi loh, membuat diri merasa aneh, terkucilkan dan merasa putus asa ketika mengerjakan proyek.
Well, sometimes overthinking can ‘kill’ you. 😉
Bagaimana declutter pikiran dan jiwa jika overthinking sudah menjadi kebiasaan?
By getting better at emptying your mind with daily exercises.
Mengosongkan pikiran, bagaimana cara? Meditasi!
Mulailah dengan meditasi setiap lima menit di pagi hari dan lima menit sebelum tidur. Di sela melakukan pekerjaan? Bisa!
Carilah tempat yang sunyi, duduk dengan kaki bersila, mulailah menghirup napas dalam-dalam, fokus pada pernapasan dan pikirkan hal positif atau membahagiakan yang pernah kamu alami.
Tujuannya untuk melatih pikiran dan mengosongkannya dari hal-hal negatif. Ini nggak akan terjadi dalam sekejap ya, jadi bersabarlah.
Lakukan meditasi ini bertahap setiap hari dan rasakan bagaimana pikiran-pikiran itu mulai menyusut.
-
Limit the information you consume
Zaman media sosial gini, bikin hidup kita ‘banjir’ informasi. Betul?
Coba deh buka Facebook, eh tau dong tetangga sebelah lagi ganti seprai baru. *ahelahh
Sudah jadi risiko menjadi warganet, kalau mau terus update, yeah siap-siap kehilangan ‘kewarasan’. Hahaha …
Media sosial salah satu platform yang bisa bikin kita kehilangan ‘kewarasan’.
Kok bisa?
Setiap scroll down feed, kadang bikin pening, lucu, menyebalkan bahkan membandingkan hidup kita dengan teman karena melihat foto travelingnya dan ujung-ujungnya jadi stres sendiri.
Apalagi sekarang lagi musim kampanye. Astagadragon, pening kali lihat si A dikit-dikit sebar hoax, si B terlalu memuja capresnya. *panadol mana panadol …
Hayo bener nggak? Kalo nggak, syukurlah. 😀
Arus informasi yang mengalir deras sebaiknya dihadapi dengan bijak.
Ada tombol unfollow di Facebook yang bisa digunakan tanpa harus memutuskan silaturahmi karena bosan melihat status pamer harta si X, hoaks si Y, keluhan si A. Di Twitter pun bisa mute hestek agar feed bisa lebih menyenangkan. Kalau di Instagram, tombol unfollow dan mute bisa kamu gunakan agar nggak lihat selfie si Z yang banjiri feed.
Begitu pula dengan media massa online. Sebaiknya dipilih saja mana yang mau diikuti karena kalau nggak crosscek, bisa jadi kita termakan isu yang belum tentu benar.
Capek nggak sih dengan keadaan seperti itu? Kalau saya sih yes.
Kita nggak akan mendapat kedamaian dalam pikiran dengan segala macam informasi yang 90% nggak penting itu.
So, here’s the solution:
- Saringlah sumber informasi yang pengin didapatkan.
- Batasi penggunaan media sosial dan cek e-mail.
- Nggak usah membaca informasi yang nggak berhubungan dengan pekerjaan.
- Unsubscribe dari newsletter yang nggak penting dan bacalah informasi dari website saat kamu membutuhkannya.
- Latihlah mengosongkan pikiran dengan meditasi setiap lima menit setiap hari.
-
Mengganti harapan dengan penerimaan
Pernahkah kamu memikirkan hal ini? Mengganti harapan dengan penerimaan.
Terlalu banyak berharap kadang membuat kita ‘patah’.
Harapan itu nggak selamanya buruk, tapi kalau berlebihan tentunya nggak baik. Kenapa? Karena kita nggak pernah merasa puas dan selalu ada hal-hal yang membuat kita untuk berharap.
Coba deh mengganti harapan tersebut dengan satu hal yang lebih baik, penerimaan.
Baca juga : 4 Tips to talking to your parents about tough topic
Penerimaan dalam hal ini yaitu menerima diri kita sendiri apapun itu dan bisa tersenyum karenanya, tapi juga tau bahwa kita selalu bisa mengembangkan segala potensi jika bekerja keras dan percaya akan diri sendiri.
Begitu juga dengan apa yang ada di sekitar. Sederhananya, terimalah gaya hidup juga kualitas mereka (teman, keluarga) dan hargailah orang-orang yang kamu cintai.
Perubahan kecil ini akan berdampak besar pada hubungan kita dengan mereka dan bisa membuat lebih bahagia setiap harinya karena nggak mengharapkan sesuatu yang berlebihan dan jauh dari stres karena harapan ini.
Nah, sekarang udah ngerti yes konsep declutter jiwa ini?
Sebenarnya nggak sulit juga untuk dilakukan. Semuanya membutuhkan proses kok. Tapi, kalau kita udah niat melakukannya maka lakukan!
Saya udah melakukan beberapa hal di atas. Dan to be honest, ini menenangkan. Ada inner peace yang sulit saya jelaskan.
Ini kan versi saya, semoga bermanfaat ya untuk kamu yang membaca. Atau kamu pengin nambahin poin? Bisa banget!
Selamat berakhir pekan dengan keluarga.
See you on next article ...
wah artikel yang pas buat aku. aku juga lagi nyoba rutin uninstall Instagram, supaya ga pening ke kepala. bahkan sampai menghapus beberapa kontak teman yang aku anggap status whatsappnya berpotensi mengganggu pikiran. ?
@Mbak Risa : aku malah pengin detox FB, itu medsos yang toxic huhuhu kadang akhir pekan suka off medsos sih biar lebih nikmati waktu sama keluarga ^^