Sudah lama, ya, nggak ada sesi curcol di blog ini hiiihi bawaannya serius mulu *hayaah* :D. Jadi, ceritanya beberapa hari lalu, teman baik saya tuh bertanya gini, “Kalau kamu dikasih kesempatan untuk turn back time, apa kamu mau menikah dengan orang yang sama?”
Dan without doubt, saya langsung membalas, “Yes.”
Rupanya teman saya itu nggak percaya heheheh, “Are you sure? Cmon, don’t be a lier!”
Saya pun senyum-senyum membaca teks yang baru masuk, kembali saya menjawab, “Absoluetly yes!”
Sedetik berikut, satu pesan masuk darinya, “Lier!”
Asli saya pun ngakak berat, sambil pengen lempar bom ke dia. Hehehehe
Mungkin dalam hidup pernah sekali, dua kali atau beberapa kali pertanyaan, “What if?” itu mampir dalam benak. Bisa saja itu terjadi karena kita mengalami sesuatu yang nggak menyenangkan *biasanya sih*, lalu pengen sekali ada time trex untuk bisa kembali ke masa lampau dan mengubahnya. Bagi saya, nggak ada yang salah. Wajar lah.
Kalau ditanya soal ingin menikah lagi nggak sama abang jika kembali ke masa lampau? Pasti dengan cepat saya akan jawab hanya mau nikah ma abang! Karena saya punya alasan kenapa hanya mau abang *ciyeeehh* heheheh.. Sudah diuji coba *plak* kalau abang tahan banting sama sifat saya yang ‘unseen‘ heheheh, dan kami berdua memulai semua itu dari nol :). Wajar jika sampai detik ini saya menjawab seperti itu dan semoga sampai ke depannya (((Amin))).
Berbeda dengan teman saya itu, dia mengalami kegagalan dalam rumah tangga jadi dia melontarkan pertanyaan seperti itu kepada saya. Normal lah, pernikahaan selama belasan tahunnya kandas di tengah jalan. Saya juga sedih sih tahunya, tapi saya nggak bisa turut campur dalam urusan orang.
What If?
Ada sih bagian yang ingin sekali saya hapus dalam hidup heheheh jika dilontarkan pertanyaan itu. Tapi, setelah dipikir-pikir pakai akal jernih setelah makan dan sholat 😀 hehehehe, nggak ada guna sih mau merubah kejadian itu, karena tanpa kejadian itu saya nggak bisa tahu apa dan siapa orang itu. At last, it’s gave me a priceless lesson life. So, im not regret.
Tapi, sekali lagi kadar peristiwa hidup tiap orang kan beda-beda, jadi ‘what if?’ ini pun kadarnya berbeda. Saya sih bukan seorang motivator handal yang bisa membangkitkan semangat orang lewat kalimat meneduhkan hati *tsaah*, hanya sekedar berbagi cerita saja. Istilahnya, cerita di rumah kopi.
Anyway, pernah nggak ‘what if?’ ini hinggap di pikiran teman-teman? Share dong 😉
**
Gambar diambil di www.beautifus.com
Dikasihtahunya kapan soal post ini mampirnya kapan yak. 😀
What if memang pertanyaan simpel yang bikin mumet ya mbak. Jawabannya yang bikin mumet dan ujung2nya….
enakan dibawa santai aja
Sering sih what if itu bermunculan tPi kalo soal orang yang mendampingi mah gak pernah. Hihihi. Tapi yasud dinikmati dan disyukuri aja. 😀
Kyknya semua pernah, tapi kupikir mungkin hubby bukan yg terbaik tapi hubby yg paling cocok sama aku yg sabar sama aku mungkin klo sama si X aku udah ditinggalin aja deh hshaha