Suatu senja, upacara kecil pecah di atas meja. upacara sepatutnya sunyi. Seperti doa-doa yang ditasbihkan dalam hati. Kata merinai di jendela. aku teringat akan candi-candi. Perayaan tanpa suara. Mantra yang mengalun diam di antara nyala ribuan lilin. Mengingatkanku pada masa-masa yang jauh. Sesuatu yang nyaris purba. Orang-orang yang menengadah ke langit. Merunduk ke bumi. Lalu berdoa. Karena mereka ingin. Karena mereka ingat.
Upacara di mejaku adalah serupa pengingat tentang dirimu. Juga untuk aku yang menginginkan kamu. Namamu berjatuhan di atas kepalaku. Ribuan keheningan. Seperti doa-doa yang sampai ke tujuan. Demi kemudian dan kemungkinan di masa yang akan datang, mataku terpejam. Bibirku terkatup. Hatiku terbuka.
(kamesywara,280312)