Review Film : The Single Moms Club

The Single Moms ClubSumber : imdb.com

Judul : The Single Moms Club

Pemain : Nia Long, Amy Smart, Cocoa Brown, Wendy McLendo-Covey, Zulay Henao, Tyler Perry, William Levy

Produser : Tyler Perry

Film ini dibuka dengan adegan rapat di sebuah ruangan besar dikelilingi kaca. Seorang wanita duduk dekat pemimpin perusahaan terlihat gelisah. Pandangan tak fokus dan sesekali melirik jam tangan. Bisa dikatakan wanita itu berusia 30-an. Kegiatan melirik jam terhenti karena ditegur oleh salah satu teman. Rupanya, dia ada janji dengan kepala sekolah anaknya untuk hadir di rapat wali murid. Rapat perusahaan pun dihentikan dan dia bergegas menuju ruangan. Di lobi, wanita itu dihampiri sekretarisnya. Ternyata, dia harus menerima tamu seorang wanita berkulit hitam. Wanita yang duduk di kursi rapat bernama, Jan. Rupanya dia adalah pimpinan penerbitan. Wanita yang tengah menunggunya bernama, May. Mereka berdua pun menuju ruangan Jan. May menanyakan kabar naskah yang sudah dikirimnya. Dengan tergesa dan tak ingin menyinggung, Jan mengatakan kalau naskah May tidak sesuai dengan genre penerbitnya. Tapi, ada hal menarik yang membuat saya berpikir, ini adalah benang merah. Mereka berdua harus menghadiri rapat dengan kepala sekolah. Tak lama berselang, Jan meninggalkan May dengan langkah tergesa.

Rupanya, rapat itu hanya dihadiri oleh lima wali murid. Sebelum adegan masuk ke sekolah, secara sepotong ditampilkan wanita-wanita yang mengalami sebuah masalah pribadi. Kelima wanita tersebut dipertemukan di sebuah ruangan kelas. Kepala sekolah yang baru mengumumkan, bahwa anak-anak mereka melakukan hal terlarang yaitu mengecat tembok. Dan jika tidak ingin dikeluarkan, para wali murid harus bekerja sama untuk satu acara sekolah. Walaupun terpaksa, mereka pun mengiyakan. Ketika kepala sekolah menanyakan di mana suami mereka, serempak mereka bingung menjawab. Kelima wanita tersebut adalah single moms.

Itulah awal persahabatan mereka. Lika-liku menjadi orangtua tunggal dipertontonkan dengan apik dalam film ini. Bagaimana memperbaiki hubungan dengan anak, menjalin lagi hubungan baru, masalah dengan mantan menjadi kekuatan cerita ini. Di sela pertemuan mereka membahas acara di sekolah, mereka pun memutuskan untuk membentuk Single Mom’s Club.

Kelima wanita ini : Jan, May, Hillary, Lytia, Esperanza memiliki karakter yang berbeda. Jan, sosok wanita karir yang tangguh, omongannya terkadang terlalu jujur sehingga gak enak didengar. May, wanita berkulit hitam yang berambisi dengan naskahnya, mempunyai segudang ide, supel. Lytia, digambarkan sebagai wanita kulit hitam yang jujur, tangguh, blak-blakan, penyayang. Hillary, wanita yang rapuh. Esperanza, wanita berdarah Spanyol, cantik dan seksi, plin plan masalah dengan mantan.

Film ringan berdurasi 90 menit ini, menyajikan profil orangtua masa kini. Sibuk dengan kerjaan, istri yang rapuh, ibu yang tangguh karena keadaan. Menjadi orangtua tunggal bukanlah hal yang diinginkan mereka dan mudah untuk dijalani. Harus membiayai hidup berdua bukan berarti membuat jarak komunikasi dengan anak. Hal itu yang ingin disampaikan oleh film ini. Persahabatan yang terjalin pun membuat mereka menjadi kuat, bahwa ada orang lain juga yang bernasib serupa.

Konflik yang dialami lima wanita ini terasa nyata. Tak hanya menghibur tapi juga sarat makna parenting di dalamnya.

Well, film ini saya recomended untuk ditonton.

15 Comments

  1. gina 20 January 2015
    • ranny 23 January 2015
  2. Keke Naima 5 December 2014
  3. Nunung Yuni Anggraeni 1 December 2014
    • ranny 2 December 2014
  4. fanny fristhika nila 30 November 2014
    • ranny 2 December 2014
  5. Dunia Ely 30 November 2014
    • ranny 2 December 2014
  6. Fikri Maulana 28 November 2014
    • ranny 2 December 2014
  7. Eka Fikry 28 November 2014
    • ranny 2 December 2014
  8. dani 28 November 2014
    • ranny 2 December 2014

Reply Cancel Reply