“Minumlah, sampai habis!” Perintahnya.
Aku menerima cangkir itu dengan ragu. Kusesap pelan. Aku berhenti sejenak.
“Minumlah ampas itu sekali tegak!”
Aku pun menuruti perintahnya. Tidak pahit, tapi manis.
“Tutup matamu!” Perintahnya lagi. Aku memejamkan mata dan sekelebat bayangan berputar di benakku.
“Tidak! Ini bohong!” Teriakku. Aku membuka mata dan menangis tersedu.
“Pulanglah. Bayangan yang melintas itu nyata. Kamu akan mengalaminya.” Ucapnya lembut.
Aku tak percaya dengan ramalan. Tapi, kali ini aku harus percaya. Langkahku terhenti, melihat pemandangan di kafe depan. Seorang lelaki mencium mesra seorang perempuan. Lelaki itu suamiku dan sekretarisnya. Persis seperti bayangan yang melintas sehabis menegak ampas kopi.
**
Foto thehoneybee19.wordpress.com
Diikutsertakan dalam #FF100Kata
hemm…jarang minum kopi sih, apalagi yang ada ampasnya
srupuuttttt!!! ahhhh….
duh…. 🙁
@Bang Riga : duh jugaa 😀
Ny, tiap hari aku minum kopi sama ampasnya gak liat apa-apa. 😛
@Indah : karena minumnya bukan ampas dari peramal sih 😛 *ngeles*
emang bisa ngramal beneran yo mak???? *Kepo
@Jiah : tergantung mood sih :)) *loh*