Ramalan

ampas kopi

 

“Minumlah, sampai habis!” Perintahnya.

Aku menerima cangkir itu dengan ragu. Kusesap pelan. Aku berhenti sejenak.

“Minumlah ampas itu sekali tegak!”

 Aku pun menuruti perintahnya. Tidak pahit, tapi manis.

“Tutup matamu!” Perintahnya lagi. Aku memejamkan mata dan sekelebat bayangan berputar di benakku.

“Tidak! Ini bohong!” Teriakku. Aku membuka mata dan menangis tersedu.

“Pulanglah. Bayangan yang melintas itu nyata. Kamu akan mengalaminya.” Ucapnya lembut.

Aku tak percaya dengan ramalan. Tapi, kali ini aku harus percaya. Langkahku terhenti, melihat pemandangan di kafe depan. Seorang lelaki mencium mesra seorang perempuan. Lelaki itu suamiku dan sekretarisnya. Persis seperti bayangan yang melintas sehabis menegak ampas kopi.

**

Foto thehoneybee19.wordpress.com

Diikutsertakan dalam #FF100Kata

8 Comments

  1. hanari 20 December 2013
  2. Ivan Kavalera 14 November 2013
  3. riga 10 November 2013
    • ranny 10 November 2013
  4. indah 10 November 2013
    • ranny 10 November 2013
  5. Jiah 9 November 2013
    • ranny 10 November 2013

Leave a Reply