Ada hal-hal yang tidak kukatakan padamu pada pagi itu. Rasanya terlalu lekas, sementara aku sedang tidak ingin bergegas.
Ada yang lucu, menggemaskan, mencemaskan dalam menunggu. Aku tahu aku banyak tertawa dan bilang 'itu hanya bercanda', sebenarnya tidak juga.
Mungkin saat ini aku mulai bersungguh-sungguh, tak ada tanda titik koma dan kurung tutup atau titik dua dan huruf P di belakang semua perkataanku.
Sulit melepasmu atau kamu melepasku, atau sesungguhnya kita saling melepaskan pagi itu. Sesungguhnya aku sedikit sedih, sedikit kehilangan,
sedikit terkejut karena bisa merasakan semua itu. Dan kita berkali-kali mengucapkan 'selamat tinggal' tetapi tidak ada di antara kita yang beranjak pergi.
Dan aku menemukan diriku di sisimu lagi, dan kamu di sisiku lagi, dan kita menendang-nendang kaki satu sama lain di bawah meja secara sembunyi,
lalu menyelinap ke taman untuk mengucapkan 'selamat tinggal', lagi, tetapi. Kita bahkan masih tidak ingin berjarak meski hanya satu mili.
Aku pergi. Kamu pergi. Aku telah kehilanganmu pagi itu. Dan aku tau kamu berat melepasku, tapi kita tak punya pilihan. Aku sudah terbiasa melihat punggung-punggung yang menjauh,
tetapi sesering apapun tetap saja masih terasa sedih. Jadi aku tidur saja seharian itu . Karena aku tidak ingin menangis. Rasanya terlalu dramatis.
Dan esok, aku sudah siap mengucapkan selamat tinggal betapapun aku benci perpisahan yang dilakukan seorang diri.
Hari ini, kukenakan jas terbaik dan sepatu hitam mengilap. Kulangkahkan kaki pelan seakan tak ingin orang lain mendengar derap langkahku. Aku berdiri di sudut pintu, menatap lurus ke depan. Kamu begitu anggun dengan gaun putih panjang dan tudung berenda putih yang dibingkai mahkota. Kamu tersenyum menampilkan dekik di kedua pipi. Ahh, senyum yang membuatku jatuh cinta berkali-kali. Kamu mengulurkan tangan dan lelaki di depanmu menyambut seraya memasang benda kecil berwarna kuning di jari manismu.
Ada rasa pedih yang tiba-tiba muncul ke permukaan dari satu ruang terdalam. Aku tersenyum getir. Tiba-tiba kamu menoleh ke arahku. Wajahmu pias. Namun, aku berusaha tersenyum.
"Selamat tinggal." bisikku. Aku berbalik meninggalkanmu yang kini bersanding bahagia dengan sahabatku. Perbedaan adalah jurang di antara kita dan tak mungkin untuk disatukan.
Semoga kamu berbahagia, kasihku.
perbedaannya apa ya, sampai sedalam jurang.!!!
hiks.. hiks.. sedih 🙁
@Susanti ; *sodorin tisue* hehehe iyah mbak 😀
sad ending ya
@Teh Lidya : hu’h teh 🙁
aku suka kalimat-kalimatnya. manis banget.
tapi ga suka endingnya. 😐
@Mbak La : makasiiihh mbak ^.^
diksinya woooowww, ini kereeen, cuman mungkin emang agak melow yah bagi laki2 *etapiadajugakoklaki2ygmelow *liriklirik 😀
sweet story.
bikin ngerasani. jadi inget gak mau dateng ke nikahan mantan.
keren permainan kata-katanya.
saya cuma bikin yang akhirnya punya akhiran sama doank di setiap paragraf, cuma… ya tetep nggak sebagus di atas
kalimatnya puitis, Ran. Aku suka! Meski kadarnya terasa sedikit berkurang menjelang akhir cerita, secara keseluruhan aku bisa menikmati cerita ini. 🙂
Lah…bagus begini kok dikata "geje" toh… hihi…bagus kok mbak….kata2nya mengalir aja sihh