Mendengar nama restoran Pesta Buntel membuat saya mengernyit, menu apa yang ditawarkan di sana?
Ah, rupanya Pesta Buntel sebelumnya bernama Pasta Buntel. Ada beragam menu pasta yang katanya disajikan dengan cara dibuntel daun pisang.
Sebagai pecinta pasta garis keras, saya merasa ‘terpanggil’ untuk mencoba menu di Pesta Buntel ini.
Sebut saja fettucini, fusili, penne, lasagna, ravioli, spaghetti sudah pernah saya cicipi dan beberapa diantaranya sudah pernah bikin sendiri di rumah.
Dan satu hal yang pasti, saya paling nggak suka apabila rasa penasaran itu terus mengganggku setiap hari. Akhirnya, saya pun meminta ke Abang untuk makan siang di Pesta Buntel sebelum belanja bulanan.
Mencari Pesta Buntel
Jika kalian beranggapan restoran milik anak Presiden Jokowi yang terkenal ‘irit’ kata-kata, Gibran Rakabuming, akan berada di daerah premium di kota Solo maka kalian harus segera melenyapkan anggapan itu!
Lokasi Pesta Buntel rupanya tak jauh dari Markobar. Barangkali waktu tempuh lima menit untuk jarak kedua tempat ini.
Walau nggak jauh juga dari Mal Paragon, tapi saya harus meminta bantuan GPS untuk mencari lokasi tepat Pesta Buntel.
Sebuah plang besi besar berwarna kuning bertuliskan Pesta Buntel membuat saya tersenyum. Tapi, di saat bersamaan saya dan Abang bingung mau parkir di mana kendaraan kami?
Letak restoran Pesta Buntel berada di sebuah gang yang sunyi. Mobil sudah pasti nggak bisa masuk. Terpaksa, kami pun parkir di bawah plang penunjuk arah.
Waktu menunjukkan pukul setengah satu siang saat kami turun dari mobil. Cuaca yang terik dan kering, tak membuat saya kehilangan semangat untuk mendatangi restoran itu.
Gang yang sunyi, jejeran rumah penduduk membuat saya berpikir, kenapa letaknya di dalam gang?
“Dek, di sini sudah biasa restoran di gang. Ingat Selat Mbak Lies? Masuk gang yang kecil banget, toh laris manis. Pengunjungnya menggunung,” ujar Abang menjawab pertanyaanku.
Ah ya, saya lupa, terkadang lokasi bukanlah faktor utama bagi para pecinta kuliner.
Abang dan anak-anak berjalan agak cepat meninggalkan saya yang masih menoleh kanan-kiri dan menerka seperti apa restoran anak presiden itu.
Langkahku terhenti melihat bangunan di kanan jalan. Sebuah bangunan tua bercat putih dengan teras yang mungil, jendela dengan model terali tua, jejeran motor yang diparkir tak beraturan dan alunan musik dari dalam membuat saya bergeming.
Butuh semenit bagi saya untuk mengikuti langkah Abang memasuki pintu restoran Pesta Buntel.
Bangunan tua yang dijadikan restoran ini mengingatkan saya akan rumah Papa di Manado. Saya seperti pulang.
Eropa bertemu Asia di Pesta Buntel
Angin semilir membelai wajahku saat langkah kaki melewati pintu.
Tak ada hentakan lagu EDM khas milenial melainkan alunan musik country yang menyapa kedatangan kami. Tak ada pendingin ruangan yang sejuk, yang ada hanyalah kipas angin digantung di langit-langit dan sesekali berderik lirih.
Deretan bangku kayu dan meja tertata rapi di bagian kiri ruangan. Sayup-sayup terdengar celoteh diiring pekik tawa dari beberapa pengunjung perempuan yang mengisi dua meja di sudut kiri.
Di bagian kanan ruangan, disediakan sofa vintage dari bahan kulit yang empuk untuk pengunjung. Saya menyukai area kanan ruangan karena agak lapang bikin anak-anak betah untuk berlari kecil.
Deretan tanaman hias dibikin sebagai ‘sekat’, cantik! Saya sangat tertarik dengan pajangan di dinding. Ada tiga baris lukisan abstrak dan dinding sebelah kanan dipajang berbagai piring bahan keramik, unik! Me likey!
Searah jarum jam dari pintu masuk, kasir dan dapur mini menyambut kedatangan dengan senyuman.
Ada satu bagian di sebelah kiri bangunan yang agak terpisah. Di sana ditempatkan bangku-bangku kayu, dinding yang dihias tanaman dan lampu-lampu berukuran kecil.
Ruang di bagian kiri luar tersebut membuat saya tersenyum. Iya, saya seperti menemukan tempat persis kayak foto yang pernah saya unduh dari Pexels. Unik dan lucu, khas retro.
Saya menghampiri meja kasir yang hampir setinggi dada. Membolak-balik buku menu sambil sesekali melirik kedua anakku yang sedang berlarian dengan ceria.
Pilihan menunya bikin alis terangkat dan senyum terukir. Pasta dipadukan dengan sambal matah, rendang, cabe ijo, sambal Padang.
Iya, Eropa bertemu Asia ada di Pesta Buntel!
Tiga menu makanan dan minuman dipesan. Saya menantikan dengan tak sabar kedatangan menu sambil memilih untuk duduk di bangku dekat kasir.
Fusion food ala Pesta Buntel
Dalam dunia kuliner, dikenal namanya fusion food.
Fusion food adalah makanan yang mengombinasikan dua elemen tradisional yang berbeda. Dan inilah yang diusung oleh Pesta Buntel.
Biar nggak penasaran, mari saya akan mengajak kalian untuk berpetualang rasa di Pesta Buntel.
- Fusili Sambal Matah
Saya tertarik dengan menu fusili sambal matah. Seperti apa rasanya fusili dicampur sambal matah?
Aroma sere menguar pekat saat daun pisang saya buka. Saya suka menghidu aroma ini! Tanpa menunggu lama, saya mencampur isi fusili.
Rasa pedas langsung terasa di lidah saat suapan pertama. Iya, inilah khas sambal matah, pedas tapi sarat campuran rempah. Saya menyukai sere yang sepertinya porsinya banyak.
Selain fusili, sambal matah (cabai, sere, bawang merah), menu ini dicampur pipilan jagung dan potongan kecil sosis.
Dibuntel dengan daun pisang, bikin fusili ini terasa gurih dan aromanya pekat.
Bagi kamu yang menyukai makanan pedas, jangan lewatkan untuk mencicipi menu ini. Sensasi pedasnya top banget. Takaran bumbu pas!
- Nasi goreng rendang
Menu ini dipesan oleh abang.
Honestly, saya agak sedikit khawatir apa Abang akan menyukai menu ini. Karena Abang terbiasa disajikan rendang yang lamak bana sama mertua.
Buntelan daun pisang disajikan di piring berwarna putih. Saya menanti Abang membuka daun pisangnya dengan nggak sabar.
Aroma rendang langsung menguar. Asap panas mengepul saat nasi dicampur.
Wajah Abang datar saja ketika mengunyah nasi goreng rendang. Hmm…
“Gimana bang?”
“Lumayan,” ujarnya singkat.
Oh well, jika Abang mengatakan lumayan berarti boleh lah menu ini. Saya pun menyendok sedikit untuk mencicipinya.
Untuk ukuran nasi goreng bagi saya menu ini lumayan. Rendang itu bumbunya kompleks. Tak mudah memang memasak rendang dengan standar orang Minang.
Daging dalam porsi pun tak banyak, tapi bagi saya sudah cukup. Menu ini not too bad sebagai makan siang.
- Nasi goreng Jawa
Ini saya pilihkan untuk menu Athar dan Kei.
Sebenarnya, saya bingung apa beda nasi goreng Jawa dengan yang umumnya. Saat membuka daun pisang, aroma khas nasi goreng menguar diselingi asap mengepul.
Rasa manis begitu pekat di nasi goreng ini. Ada campuran ayam, sosis bikin anak-anak tertarik untuk makan. Dan pastinya nggak pedas.
Well, untuk menu nasi goreng Jawa ini standar dengan nasi goreng pada umumnya.
4. Minuman
Minuman yang kami pesan seperti di foto.
Green tea smoothie enak loh. Segar banget minuman es gini dinikmati saat udara lagi terik.
Overall, untuk menu pasta saya pengin bilang, joss! Fusion food yang diusung bisa diaplikasikan dengan baik oleh chef Pesta Buntel. Sedangkan untuk menu nasi goreng, teknik buntel bikin nasi goreng ini beda.
Ah, kalau saja Pesta Buntel masih mempertahankan nama Pasta Buntel, saya sudah membayangkan menu seperti spaghetty bolognaise, fettucini, egg ravioli bisa dikombinasikan dengan rendang, kari maupun sambal pasti akan menjadi incaran para pecinta kuliner. Tapi, di satu sisi saya mengerti, agak susah juga membuntel menu-menu tersebut di dalam daun pisang.
Gibran bermain cantik di sini dengan mengubah nama menjadi Pesta Buntel. Iya, di sini kita diajak untuk ‘berpesta’ dengan menu serba buntel.
Antara kuliner dan rindu
Berada di tempat ini saya seperti pulang.
Interior ruangan, bangunan membuat saya rindu akan Papa dan rumah di Manado. Apalagi saat kami datang, lagu country mengalun menemani santap siang.
Tak jarang saya memasak masakan favorit Papa kala rindu ini membuncah dan selalu sukses menimbulkan riak di pinggir mata. Iya, masakan akan selalu menjadi obat yang manjur ketika kita ingin mengenang seseorang.
Pesta Buntel seperti tahu bahwa rindu dan makanan adalah dua hal yang tak terpisahkan. Saya begitu betah berada di tempat ini. Seperti berada di rumah sendiri.
Ah ya, satu hari saya pengin datang lagi ke tempat ini sendiri. Sekedar untuk melepas rindu akan rumah, menikmati pasta dibuntel sambil menyelesaikan beberapa artikel. Well, it’s not a bad idea, right?
—
Pesta Buntel
Jl. Tirtosari, Purwonegaran
Solo
Buka dari pukul 16.00-22.00 wib (update dari IG resmi @pestabuntel, barangkali ada perubahan waktu buka ya karena saat saya datang beberapa bulan lalu siang udah buka)
Harga :
Menu pasta – mulai dari 15k
Menu nasi – mulai dari 15k
Menu snack – mulai dari 5k
Minuman – mulai dari 9k
Koq lucu sih Mba tempatnya. Clean dan vintage jadi apik yoo…
Penasaran rasa pasta dengan sambal matah itu….Nasi goreng yummy..
Inget-inget kalau pulang kampung nanti harus mampir ke sana.
Btw aku suka foto-fotonya Mba Ranny deh…
Haduuh sukses ngiler deh liat menunya. Ini di Solo? Wah harus kesini nih kalo nanti ke Solo. Fusili sambal matah harus dicoba 🙂
Favorit banget mbak aku yg fusili sambal matah. Nagih e
wah… fusilanya bikin ngiler. Menu eropa di mix sama citarasa nusantaranya bikin setiap orang penasaran dengan citarasanya.
Penasaran dengan nasi goreng rendang….
Mak Raaan, sukaaaa banget baca reviewnya. Seperti sedang membaca cerpen. Sukaaaakk!!
Pengen fusilly nyaaaa. Kapan2 kesini bareng yuk mbak. Kata temenku tempat nongkinya nyaman juga ?
Bacanya pas malam gini, bikin krucuk-krucuk mak..
Ojek onlinee… Siapkah menjemputnya nasi goreng jawanya bikin ngilerrr
Aku pecinta berat pasta nih makRan. Berarti harus banget nyoba makan di sini yaa..
Kapan-kapan aku diajak dong ?
aku pengen kesini tapi ngga kesampeaaan :((
Jadi pengen nyobain nasi goreng rendangnya nih mak
@Mak Muth : enak mak ^^
Fusilli rendang mozarellanya juraaa. Tempatnya juga cozy, jadi betah lama-lama wifi-nan di sini, hahaha.
@Mbak Mae : ok noted, next mau pesen ini aaah
Kalo aku ke solo, aku hrs kesanaaa ^o^ .. Kebayang sih fusili ama sambal matah sepertinya memang pas.. Fusili toh karbo jg kan.. Sama aja sperti makan nasi 🙂 .. Yuuk ran, ketemuan di sini ajalah kalo aku ksana ntr 😀
@fanny : boleeeh bangeettt… asikk
Enaak banget ini. Favorit ku yang rasa moza, rendang, sambal hijau. Padahal biasanya kurang suka sama pasta model begini tapi ini bumbunya bikin nagih deh mak ?
Kamu favorite nya banyak ya mak An ? hahahaha.. Aku juga suka yang rendang sama mozza.. Duh jadi pingin kesana lagi, suasana kolonial nya emang asik sih, tenang juga karena ada di gang lokasi nya.. Btw, Manado ya? Ahhhh.. Jadi teringat masa lalu yg indah ??? hahahahaha
@Helma : hayoo hayoo ada apa di Manado? #eh hehehhe
@Mak Ana : karena dipaduin sama bumbu kita makanya enak diicip 😀
Nyobain yang mozarella mak ranny…endes..
@Mak Sara : noted! ^.^
Pengen nyobain nasi goreng jawa nya.
@Mbak Via : ntar di Jogja bakal buka cabang mbak ^^
Wah, tinggal aku yang belum nyobain pesta buntel. Hm, kelitannya enak. Sebagai penyuka makanan yang dibuntel pakai daun pisang, aku harus cobaaa.
@Mbak Ety : hayoo kapan ke sini, ditemeniiiin daah
Pengen green smoothiesnyaa 🙂 . Temoatnya panas ga mak? Mengingat cuman ada kipas angin. Hehe
@Mak Rachma : gak panas mak, karena jendelanya dibuka lebar-lebar kok, banyak jendelanya.
Sambal matah itu favorit ???
@Mbak Hana : iyes ^^
Waah…keliatannya enak ya…ngiler sama nasgor rendangnya ?
@Mak Nunung : ntar kalo buka di Jogja mesti coba maaak ^^