d’Chocolate Cafe
Perempuan itu begitu tekun dengan android ditangannya. Sesekali dia mendengus, geleng-geleng kepala, mengkerutkan kening, tak jarang pula mengeluarkan erangan yang menunjukkan kesebelannya, sesekali mengacak rambut sendiri.
“arggghh begitu menyebalkan klien satu ini, banyak tingkah, banyak maunya..nasib..nasib..” erangnya entah kepada siapa.
Dituangkan dua sendok gula ke dalam tehnya, tidak biasanya memilih teh menemani sore dan menikmati senja. Secangkir teh dan sandwich tuna, sebuah pilihan di luar kebiasaan, yang menunjukkan ke-chaos-an pikiran.
Diliriknya jam ditangan… hmmm udah setengah jam duduk sendiri di cafe ini, masih bergulat dengan pekerjaan padahal harusnya dia menikmati sabtu ini dengan obrolan ringan, canda tawa, tidak dengan emosi tinggi dan melayani klien yang tak henti-hentinya minta ini itu.
Sesosok pria memasuki cafe itu, diam sebentar di depan pintu, sambil mengamati perempuan yang duduk disudut sendirian, ngomel-ngomel sama androidnya, mengacak rambut sendiri, dan senyum menghiasi wajah si pria yang baru masuk itu..
“Hai, Dewi Amba..” sambil mencolek hidung perempuan itu.
“Hey, my name isn’t Dewi Amba, my name is KENDRA, okay?” sambil menjumput teh yang mulai dingin.
“Hahaha, Kendra my witch..” tawa pria itu sambil duduk di kursi sampingnya.
“Argghh stop call me witch, yeah saya penyihir, penyihir hatimu.” Jawabnya asal.
Tawa renyah keluar dari mulut Radhitya Javas Narayana. Perempuan ini tidak berubah, selalu ngomong asal, kalo lagi kesel selalu tampak jelas dari raut wajah orientalnya, gesture tubuhnya selalu membuat diriku tertawa lepas, pakaian yang selalu chic. Ya dia perempuanku, yang sudah setahun ini bersamaku.
Saya benci mendengar tawa Narayana, karena tawa renyah nya itu membuat saya makin rindu. Wangi Benetton masih menjadi favoritnya, yang membuat saya gila jika mencium wangi ini padahal dia tidak disampingku.
“Ada apa ken, wajahmu kusut sekali, menyambut pacar kok dengan wajah kusut begitu. Klien lagi or?” Ucapnya sambil menyalakan sebatang rokok.
“Yeah like that, klien satu ini amit-amit jabang bayi gajah, begitu banyak maunya..inilah itulah…ughhh mana telpon dari tadi tiada hentinya,menyebalkan gag sih!” Rutuknya sambil mengkerutkan bibirnya dan mengacak lagi rambutnya.
“Hahaha i like ur pose hanih. Udah tutup androidmu itu dan matikan hp. Nikmati hari ini, ok?” Kata Nara sembari mematikan rokoknya.
“Ya,ya siap sayang.” ucap Kendra sambil kedipin mata.
“Let’s talk about woman.. Perempuan itu tidak bisa ditebak yah, banyak maunya.” Ucap Nara sambil senyum.
“Eh kok ngomong gitu, sama juga dengan laki-laki, banyak maunya, egois pula.” Katanya sambil membereskan gadget dan kertas yang berserakkan dimeja.
“Ya seperti dirimu bukan, kemarin bilang i love u, besoknya marah-marah hanya karena tidak bisa telponan, padahal saya lagi sariawan, males ngomong. Eh kamunya udah ngomong macam-macam. Bandingin ini itulah. See, perempuan itu banyak maunya dan repotin.” ucap Nara panjang lebar.
“Kalo gitu pacaran saja sama cowok.” rungut Kendra.
“Nah kan dibilangin juga.. Maunya otaknya dipuji tapi marah kalo fisiknya gak dipuji, fisiknya dipuji salah lagi katanya gak sexy. Perempuan emang paradoks kalau dibilang i love u, besoknya diputusin. Kalau dibilang i hate u, sebenarnya cinta. Terlebih lagi saat hormon menyerang, anehnya itu minta ampun.” Katanya sambil mengunyah sandiwch.
Kendra membuang muka, dibalik kaca sana senja sudah tenggelam berganti malam.
Andai saja kalian para kaum pria mengerti. Kami perempuan itu sebenarnya simple saja, jangan lakuin apa yang tidak kami suka, begitu juga dengan kalian bukan. Saling mengerti, rite? Kami terlihat ribet dari luar tapi sebenarnya simple didalamnya.
Perempuan seribu tanya, seribu satu kebahagiaan..
“Pokoknya perempuan itu ribet!” katanya sambil mengelap sisa sandwich.
“Hanih, kamu itu menyebalkan!!” katanya sambil meletin lidah.
“Hahaha, ayo kita jalan. Saya ingin menikmati hari ini bersamamu my witch.” katanya sembari berdiri.
“Siap komandan..” senyum merekah diwajah Kendra.
Perempuan itu bagaikan paradoks Dewi Amba, sulit ditebak dan serba repot. Perempuan itu bagaikan candu yang memabukkan bagi kami kaum pria. Kami akan melakukan apa aja untuk keinginan perempuan, atau pun untuk mendapatkan perempuan itu. Perempuan dengan sejuta tanya, mereka begitu indah dengan kekuatan dari dalam diri, mampu melewati segala terjal kehidupan sendirian.
Perempuan, begitu indah…
usai usiamu kasihku telah usai..telah usai senang..telah tuntas perang..usai semesta rasa..semesta duka lara..usai sudah suka duka,kacakan kacau wajahmu berkaca..di mataku yang berkaca-kaca..kalau telah lelah dan kau terlampau,berkilauan luka..kupangku kau kan kupangku. (gugur bisma – sujiwo tejo)