“Ma, kakak mau naik mikrolet aja.”
Kalimat itu terlontar dari anak sulung saya, Athar, saat kami tengah bersiap keluar rumah.
Setiap kali pulang kampung ke Manado, kami nggak pernah absen ke mana pun naik mikrolet. Mulai dari perjalanan dari dan menuju mal hingga pulang pun kami selalu menggunakan moda transportasi ini.
Di mata anak-anak, mikrolet adalah angkutan umum yang menyenangkan. Nggak ada AC, itu bukanlah perkara besar. Mereka menyukai melihat pemandangan jejeran rumah, perkantoran melalui kaca yang sedikit terbuka. Ditemani semilir angin yang menerpa lembut wajah mereka.
Ingatan berputar pada memori tahun-tahun sebelum kepindahan saya ke kota Solo.
Saya begitu lekat dengan transportasi ini. Ke mana pun selalu menggunakan mikrolet dari usia sekolah hingga kerja. Memakai ojek pun saat momen genting saja yaitu telat ke kantor.
Mikrolet merupakan angkutan umum yang sering digunakan warga Sulawesi Utara selama rentang puluhan tahun lalu hingga sekarang. Akan sangat jarang menemui bus-bus angkutan umum di tengah kota. Karena, bus dikhususkan untuk perjalanan antar kabupaten saja.
Dan saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang merasakan manfaat dari mikrolet dari sisi ekonomi. Ya, orang tua saya dulu memiliki mikrolet.
Uang hasil setoran supir sangat membantu menopang perekonomian keluarga kami. Mama bisa menyisihkan sedikit uang untuk tabungan pendidikan dan kesehatan. Begitu juga dengan supirnya bisa menghidupi keluarganya.
Namun, seiring usia, Mama memutuskan untuk menjual mikrolet setelah Papa meninggal. Mama tak mampu lagi mengurusnya. Belum lagi usia mikrolet yang kami punya itu tahun 90-an, banyak bagian yang harus diperbaiki. Melepasnya adalah jalan terbaik.
Mulai Ditinggalkan Karena Teknologi yang Menggerusnya?
Saya masih ingat betul, tahun 2010 teknologi online sudah merambah ke sektor transportasi. Ini ditandai dengan hadirnya ojek online buatan anak negeri, di tahun tersebut. Namun di kala itu transportasi ini hanya bisa di akses di ibukota saja.
Di daerah, ojek online mulai hadir sekitar tahun 2014, dan semakin ramai di tahun 2015. Ojek online pun mulai menjamur. Dari penuturan beberapa supir, salah satu penyedia jasa transportasi online sampai menutup pendaftaran saking tingginya minat warga Manado untuk menjadi bagian di dalamnya.
Data dari Bank Indonesia, tahun 2018 lapangan usaha transportasi Sulawesi Utara tumbuh menguat dibanding tahun sebelumnya sebesar 7,87% (yoy). Kinerja transportasi darat yang menguat tercermin dari peningkatan kuantitas transportasi online yang sudah ada di lima kota di Sulawesi Utara. Fakta di lapangan, transportasi online masih terpusat di area Manado dan ikut menjaga stabilnya pertumbuhan transportasi.
Lalu, apa kabar moda transportasi konvensional seperti mikrolet? Apakah tergerus oleh kehadiran transportasi online?
Ternyata pertumbuhan mikrolet itu melambat, ini seiring diterbitkan peraturan tentang pemberhentian izin trayek. Data dari Dinas Perhubungan di Sulawesi Utara tahun 2017, ada 2.509 angkot yang beroperasi.
Terjadi penurunan terhadap populasi mikrolet, iya. Namun, menggerus hingga habis, tidak. Sampai saat ini mikrolet masih terus ada dan digunakan oleh warga Sulawesi Utara.
Bisakah Mikrolet Menyokong Sektor Pariwisata?
Tahun 2018 saya pulang kampung. Saya terkejut melihat begitu banyak wistawan mancanegara berada di berbagai sudut kota Manado. Saya tersenyum. Gambaran majunya pariwisata Sulawesi Utara mengikuti jejak kota Dewata bukanlah fatamorgana.
Ternyata Sulawesi Utara menyimpan banyak ‘mutiara’ pariwisata. Melihat beberapa tahun belakangan ini banyak pantai-pantai baru yang ditemukan dan keindahannya nggak kalah dengan Bali pun Lombok.
Ditambah lagi Likupang menjadi destinasi pariwisata super prioritas, membuat sektor pariwisata lebih menggeliat. Lokasi wisata baru yang kekinian pun banyak lahir.
Wisata kuliner? Makin tumbuh subur! Bisa dengan mudah menemukan rumah makan ikan bakar di tiap sudut kota. Harganya variatif namun terjangkau kantong.
Data di atas menunjukkan bahwa Sulawesi Utara menjadi salah satu daerah yang banyak diminati wisatawan domestik dan mancanegara. Trennya meningkat dari tahun ke tahun, hanya di tahun 2018 wisatawan lokal menurun karena efek mahalnya tiket. Tapi, di tahun 2019 trennya naik melebihi tahun sebelumnya.
Yang menjadi sorotan adalah melonjaknya wisatawan mancanegara.
Ini membuat Sulawesi Utara mendapat julukkan The Rising Star di sektor pariwisata. Hal ini menjadi bukti kerja nyata dari kementerian perhubungan dan pariwisata yang bersinergi menggenjot potensi transportasi juga objek wisata di Sulawesi Utara.
Dalam kurun waktu lima tahun ini, kementerian perhubungan sungguh bekerja keras dalam menciptakan transportasi juga infrastruktur yang nyaman dan aman untuk masyarakat. Informasi pun bisa diakses dengan mudah via website dan Instagram kementerian perhubungan.
Namun, yang menarik perhatian saya adalah bagaimana mikrolet ini bisa menunjang sektor pariwisata Sulawesi Utara.
Karakteristik wistawan entah itu wisatawan lokal maupun mancanegara pada umumnya menyukai kearifan lokal, hal unik dan murah. Pokoknya harus bisa mencoba apapun selama traveling demi konten dan kepuasan diri.
Dan mikrolet merupakan salah satu kearifan lokal yang masih eksis dan unik. Ini menjadi nilai jual lebih yang bisa ditawarkan ke wisatawan.
Jika berkunjung ke Manado, pemandangan wisatawan yang tanpa risih menggunakan mikrolet selama liburan sudah menjadi jamak. Mau ke mana saja pakai mikrolet.
Bisa ke mana saja dengan mikrolet?
Contoh rute wisata di Manado : gereja Sentrum – kawasan kuliner Wakeke – kawasan Bendar – kampung Cina – Klenteng Ban Hing Kiong – kampung Arab – pantai Malalayang.
Semua bisa dilewati mikrolet. Jika, hotel tempat menginap misalnya di salah satu hotel kawasan Sudirman, menuju gereja Sentrum bisa dengan jalan kaki, dilanjutkan naik mikrolet untuk sarapan ke Wakeke. Selesai makan, naik mikrolet lagi menuju Bendar.
Nah di sini bisa menjelajah beberapa tempat wisata kayak kampung Cina – pelabuhan Manado – klenteng Ban Hing Kiong – kampung Arab dengan jalan kaki saja.
Eits, kalau sudah di kawasan Bendar jangan lupa singgah sebentar di Jarod untuk minum kopi stenga khas Manado. Atau minum es brenebon di dalam gedung Presiden.
Kawasan Bendar dan kampung Cina ini bisa dikatakan ‘kota tua’ versi Manado, banyak sudut yang bisa dijadikan spot foto. Berikutnya, jangan ketinggalan melihat sunset di pantai Malalayang. Untuk sampai ke tujuan bisa naik mikrolet dua kali ganti trayek. Lalu, pulang lagi dengan mikrolet.
Jika ditotal, biaya naik mikrolet dengan mengunjungi semua kawasan wisata itu hanya merogoh kocek sebesar Rp. 24.000,-. Murah banget!
Mikrolet bisa menunjang sektor pariwisata bukanlah bualan!
Mikrolet Menjadi Bagian Perekonomian dan Pariwisata
Saya percaya bahwa apabila ingin bertahan harus bisa berinovasi dan ‘ramah’ teknologi. Termasuk dengan transportasi konvensional. Ini butuh kerjasama antara pemerintah dan supir agar bisa terwujud ekosistem yang baik.
Sebagai warga, saya harus menjadi bagian dari solusi bukan masalah. Inilah tujuh solusi dari saya untuk mempertahankan mikrolet dan membuatnya menjadi transportasi unggul.
- Dompet Digital Mikrolet
Tak perlu repot untuk membuat aplikasi pemesanan mikrolet. Tapi, hadirkan dompet digital.
Dompet digital ini fungsinya sebagai alat pembayaran. Sekarang ini banyak dompet digital buatan anak negeri. Dinas perhubungan daerah bisa bekerja sama dengan mereka untuk hal ini.
Jadi, nantinya akan ada semacam kartu khusus mikrolet yang berfungsi sebagai alat pembayaran. Bisa diisi nominal berapa pun.
Efeknya?
Tidak akan terjadi kemacetan tiba-tiba karena penumpang nggak punya uang pas untuk membayar atau supir bingung mencari uang receh kembalian. Dan bisa menyesuaikan dengan karakter masyarakat zaman now yang lebih memilih cashless.
2. Pembangunan halte khusus mikrolet
Keluhan warga akan mikrolet selalu sama, bikin macet!
Ya gimana tidak, supir suka seenaknya berhenti sembarang untuk menurunkan hingga ‘merayu’ penumpang. Ini mengesalkan banget.
Ada baiknya Dinas Perhubungan dan Pemerintah Provinsi bekerja sama untuk membangun halte-halte khusus mikrolet. Ini bisa menjadi solusi mengurangi kemacetan.
Haltenya bisa dirancang ada kanopi juga tempat duduk. Sama seperti halte pada umumnya, namun ornamen budaya Sulawesi Utara seperti motif kain batik Bentenan bisa disematkan di beberapa bagian halte dalam bentuk mural.
Nah, di sinilah para penumpang akan membayar mikrolet. Tak perlu repot menyediakan customer service, cukup sebuah alat seperti mesin di MRT. Jadi, cara kerjanya, penumpang cukup ‘tap’ kartu untuk membayar.
3. Penertiban mikrolet
Penertiban ini dalam hal apa saja?
- Izin mikrolet
- Sound system
- Kondisi mobil
- Supir tidak boleh di bawah umur 17 tahun dan harus memiliki SIM
Ini penting banget dilakukan demi kenyamanan dan keamanan penumpang selama perjalanan.
Masih banyak mikrolet tahun 90-an yang beroperasi. Di mana mesinnya sudah tidak layak dan bisa menyebabkan kebakaran juga kecelakaan. Pun dengan sound system. Warga tidak protes dengan musik, tapi sering kali menemukan mikrolet dengan sound system yang over, bass nya kenceng, bikin jantung serasa mau copot.
Perlu ada sosialisasi lebih masif lagi untuk peraturan ini ke pemilik dan pengusaha mikrolet. Dan sidak agar supir lebih patuh.
4. Edukasi safety riding
Selama ini belum pernah mendengar edukasi safety riding untuk supir mikrolet.
Ini penting banget! Karena, tak jarang nemu supir ugal-ugalan di jalan. Saya pernah merasakannya, asli bikin ketakutan.
Edukasi safety riding bisa dilakukan setahun sekali.
5. Database mikrolet
Menurut saya, sudah saatnya ada database mikrolet. Tak hanya nomor polisi saja, tapi juga ada data supir dan pemilik mikrolet.
Gunanya, apabila terjadi kecelakaan atau hal-hal yang mengganggu keamanan warga, pihak terkait bisa langsung menghubungi keluarga maupun pemilik mikrolet.
6. Mikrolet ramah anak
Satu hal yang saya tidak sukai saat naik mikrolet adalah supir dan penumpang merokok selama perjalanan.
Untuk supir, pernah abu rokok terbang dan kena mata saya. Perih! Dan ini bikin nggak nyaman. Saya pun ngomel, supir minta maaf. Hal ini sering terjadi, coba bayangkan jika abu rokok mengenai anak-anak? Duh!
Begitu pun dengan penumpang. Saya tidak masalah dengan perokok, tapi kalau di kendaraan umum ya tolong tombol toleransinya itu diaktifkan. Selama perjalanan kena asap rokok, asli bikin sesak napas.
Inilah alasan mengapa sebagian penumpang beralih ke transportasi online, karena kenyamanan tidak ada untuk yang memiliki anak. Menurut saya, regulasi pelarangan merokok di mikrolet perlu ada. Agar kenyamanan penumpang terjamin.
7. Sehari bersama mikrolet
Traveling sudah menjadi ‘agama’ baru bagi masyarakat urban.
Jasa tur traveling merebak bak jamur di musim penghujan. Masyarakat makin mudah untuk traveling dengan bujet yang terjangkau.
Ini bisa dimanfaatkan untuk memberdayakan mikrolet menopang pariwisata.
Caranya, paguyuban angkot bisa kerja sama dengan tur travel untuk memasukkan mikrolet dalam itinerary liburan. Tentunya ini akan menjadi hal baru yang menarik di pariwisata Sulawesi Utara.
Kesimpulan, mikrolet bisa bertahan hingga tahun-tahun ke depannya. Tapi, perlu ada sentuhan teknologi, inovasi, kesadaran untuk maju dan sinergitas pihak-pihak terkait. Karena, untuk menjadikannya transportasi unggul faktor keamanan dan kenyamanan harus diperhatikan dan ditingkatkan.
Dan satu lagi, pandangan buruk transportasi lain menyalip rezeki itu baiknya dilenyapkan. Tak perlu ada demo ke transportasi lain, coba lebih fokus ke inovasi dan perubahan. Toh, rezeki itu hak prerogatif Pemilik Semesta, sudah ada bagian masing-masing.
Mikrolet Menuju Transportasi Unggul
Mikrolet memang transportasi konvensional yang mungkin bagi sebagian anak millenials menganggap sudah ketinggalan zaman. Tapi, justru ini menjadi tantangan untuk menjadikannya sebagai transportasi unggul yang bisa menopang berbagai sektor.
Jumlahnya bisa saja berkurang, tapi saya yakin takkan lekang dimakan zaman. Dan mikrolet bisa menjadi transportasi unggul yang menyokong pariwisata juga ekonomi.
Harapan saya nggak muluk-muluk untuk transportasi ini. Masyarakat juga pemerintah bisa melestarikannya sudah cukup. Terlebih sebagai orang tua, penting banget untuk mengenalkan moda transportasi darat ini ke anak-anak. Mengajak mereka untuk mencintai transportasi umum adalah hal terbaik dalam mewariskan kearifan lokal.
Terbersit angan, satu hari nanti, mikrolet akan menjadi ikon abadi transportasi konvensional yang niscaya akan menjadi hal diingat oleh bangsa luar saat menyebut Indonesia. Amin!
Marijo pasiar ka Sulut, kong jang lupa nae mikrolet neh …
(Yuk, berkunjung ke Sulut, dan jangan lupa naik mikrolet, ya.)
Kalau di Bandung mungkin sama dengan angkot yah?
Iyesss betul, daerah lain angkot nyebutnya.
Kalau di Surabaya kami nyebutnya bemo hehe. Keinget zamanku SMA aku suka naik kendaraan kyk gini tapi ya gtu suka bau dll. Tapi kyknya sekarang makin kalah pamor sama yg online2 sih kalau di Sby.
Kalau di Sulawesi Utara msh lumayan ya pemakainya, secara murah ya mbak tarifnya, juga mmepermudah turis untuk ke lokasi wisata satu ke lokasi wisata lainnya
Untuk wilayah-wilayah tertwntu mikrolet memang masih diperlukan. Di tempat saya juga masih dibutuhkan warga sehingga masih survive beroperasi.
Mikrolet ini angkot untuk jarak-jarak dekaf. Enak karena gampang dan murah. Untuk sekarang di kota besar kalah dengan transportasi lainnya yang modern tapi yang naik mikrolet tetap ada.
waw.. keren nih kalo ada solusi kayak gini.. karena memang sebelum sarana transportasi online seramai slr kan mikrolet ini andalannya.. kalo skr dialihkan transportasi wisata unik juga..
Ide bagus ini mba. Meskipun tergolong alat transportasi jadul, bukan tidak mungkin mikrolet malah membantu ketersediaan moda transportasi yang mendukung sektor pariwisata. Tinggal ide-ide baru aja yang harus dicoba utk diterapkan.
Aku baru tau ini mikroletnya Manado seperti ini, ini juga bisa membantu daya tarik pariwisata juga ya mbak. Biasanya orang kalau datang ke suatu tempat pasti mencari transportasinya terlebih dahulu.
Mikrolet sama ama yg di Jakarta ya mba… Semoga saja transportasi umum bisa nyaman dan memudahkan ya mba… Ada di titik2 yang bisa kita capai dan armadanya banyak
Wah keren banget nih idenya. Iya banget, kalo pergi ke suatu tempat, kita memang sukanya yang rasa lokal ya. Berasa banget sensasinya. Dan naik mikrolet, yang memang merupakan alat transportasi di sana, bisa jadi merupakan salah satu itinerary saat ke sana. Dan setuju banget, keamanan, kenyamanan, cashless, ketertiban dan lain-lainnya yang menyangkut mikrolet ini harus jadi perhatian. Semoga nanti bisa ya mikrolet ini jadi andalah transportasi unggul di Sulawesi Utara ini.
di kotaku, Mikrolet masih banyak beredar, mbak
Bahkan jika ada keliling wisata khusus, mikrolet juga sering disewa untuk transportasi wisatawan,
Iya, walau tanpa AC, bisa seneng dapat lihat pemandangan sekitar hehee
Wahhh jadi kayak nostalgia nih, jaman kuliah dulu aku tiap hari pakai mikrolet di Semarang. Sekarang masih ada tapi udah jelek gitu, dan banyak digantu yang baru namanya grandmax.
aku dulu anak mikrolet banget mak pas SMP SMA hahaha bahkan kuliah, eh trus ada Trans Jakarta, tapi tetep sih suka naik mikrolet
Oh kirain lagi bahas transportasi umum di Jakarta. Namanya sama-sama Mikrolet hihihi. Tetapi yang di Manado ini di dalamnya kelihatan lebih nyaman.
Di Jawa, mikrolet masih banyak digunakan. namanya di sini angkot alias angkutan umum. ada juga yg menyebutkan lyn. hehe. saya dulu ratu angkot, menurut saya kendaraan umum ini menyenangkan
Wah idenya brilian nih Mbak. Mikrolet di sana unik ya soalnya pake sound system. Di Solo apakah pake sound system juga Mbak mikroletnya? ?
Mikrolet di Manado masih eksis ya?
Nda kayak di Makassar. Pelan2 mulai terpinggirkan. Kalah saingan sama motor pribadi dan sekarang ojek online.
Jumlah mikrolet di Makassar dulu sangat banyak, jauh melebihi kebutuhan dan bahkan sempat jadi raja jalanan. Tapi seiring dengan makin mudahnya memiliki motor atau bahkan mobil, jumlah penumpangnya juga semakin berkurang. Sekarang yang naik mikrolet paling hanya pendatang, atau ibu-ibu yang tidak bisa bawa kendaraan sendiri dan tidak tahu cara mengorder ojek online.
Mau donk ke Manado naik mikrolet juga. Btw aku setuju banget tuh ada mikrolet ramah anak. Yang aman, nyaman, gak ada asep rokok.
Kalau di Surabaya juga ada mikrolet kayak gini tapi namanya bemo. Katanya kalau di Manado mikroletnya selalu full musik ya, Kak? Belum pernah ke Manado. Penasaraan pengen coba naik mikrolet.
Saat ini keberadaan mikrolet memang terus berkurang, pun di daerah saya. Dengan adanya transportasi online, seperti megngeser mikrolet yang dulu setiap pagi saya naiki ketika berangkat ke sekolah, pun siang ketika pulang.
Dan bener juga, saya kadang sebel juga pas naik mikrolet, ada aja yang merokok. Enggak sopirnya ya penumpangnya. Mungkin perlu perbaikan agar semuanya disiplin dan mikroletnya sendiri juga kualitasnya bagus. Karena, saat ini, mikrolet yang saya jumpai sudah berumur.
Doakan saya semoga ada kesempatan untuk liburan di Sulawesi Utara. Pengen banget menikmati tempat wisata dan tentunya kuliner khasnya. ^_^
Nah waktu ke Manado aku sempat nemuin mikrolet dengan supir ugal-ugalan mba penting nih adanya edukasi safety riding yah semoga ga ada yang ugal-ugalan lagi demi keselamatan penumpang
Bagus banget idenya say, aku juga pengguna angkot, angkutan umum Murmer, setuju banget kalau bisa tanpa asap rokok dan mobilnya diperbarui agar lebih nyaman..
Waah…unik banget ya mbak mikrolet di Manado. Dulu tahun 2003 pengen banget ke Manado lihat Bunaken. Sampai sekarang masih penasaran dengan kota Manado.KAlau bisa naik mikrolet jalan-jalan ke sana pasti lebih hemat ya Mbak.
Bisa banget mikrolet jadi transportasi unggul yang menyokong pariwisata mbak, asal dikelola dan didukung pemerintah dan masyarakat karena mikrolet ini kan kebutuhan dasar masyarakat menengah ke bawah. Jadi asik dong jakan-jalan ke tempat wisata pakai angkot
Ini tuh kayak TUK TUK Thailand ya mbak, bisa dijadikan moda transportasi untuk wisatawan mancanegara maupun lokal. Sulawesi terkenal sebagai daerah pariwisata, kenaapaaaa gak sekalian aja dijadikan mikrolet (atau oplet jaman dulu sekalian) sebagai transportasi wisata jarak dekat
(kalo jauh nyerah, gak pake AC hahahhhaa)
Marvelous
Mamaciih bang :*
Mikrolet… Kalau Surabaya sebutannya Lyn… ?
Beda kota beda sebutan ya ^^
iya, kalo di SBy kadang disebut lyn, kadang disebut bemo.
Dan aku adalah bemo-maniaaaaa
sukaaak banget naik bemo sambil ngantuk2 di Sby. Sembari kadang dengerin obrolan dan curhat penumpang hahahahahhaha
Huwaaah jadi kangen pulang Manado.. Mikroletnya Manado ini yg selalu jadi kebanggaan karena beda sendiri. Duduknya hadap depan semua, full modif, sound system gila2an, trus lagu2nya ngehits abiss… Kalo mo berhentiin juga ada belnya, ga mesti teriak2. Pertama kali merantau ke pulau Jawa, beda banget rasanya pas naik angkot. Duduknya hadap2an kiri kanan, dipepet2, selagi bisa muat disuruh geser terus sampe gepeng wkwkwk, beda sama Mikrolet yg kursinya eksklusif udah pasti seorang satu ?
Kalo lagi pulang kampung, suka ajak anak naik Mikrolet juga, anaknya seneng, seru kali ya pikirnya hehehe…
Hidup Mikrolet Manado !!!
Hahah betuul Len, mikrolet Manado itu eksklusif! Gak ada drama dempet-dempetan sampe gepeng >.< Seru pasti, keliling kota sama anak naik mikrolet ^^
Mikrolet ini mirip angkot ya mbak bentuknya, cuma duduknya menghadap depan ?. Btw saya jadi pengen ke Manado untuk berwisata menggunakan mikrolet, kayaknya seru banget soalnya bisa membaur dengan warga lokal.