Saya menyukai balet tapi sayang nggak bisa menarikannya.
Sewaktu zaman SMP, saya suka banget baca komik Jepang judulnya Mari-Chan. Komik itu bercerita tentang tokoh utamanya yang mau meraih mimpi menjadi balerina terkenal. Saking sukanya sama komik Mari Chan, saya pun jatuh cinta sama balet.
Di Manado kala itu ada satu tempat latihan balet yang terkenal, Lianza. Dan ada beberapa teman saya yang gabung di situ. Saya nggak akan lupa satu momen di sebuah resepsi nikahan, teman sekelas saya menari balet sendiri sambil menyanyi. Duh, sungguh indah banget gerakannya, gemulai tubuhnya.
Saya pun bertekad mau les balet, sayangnya proposal ke Mama ditolak. Hiks …
Walaupun nggak bisa menari balet, saya tetap menyukai hal-hal yang berhubungan dengannya. Seperti komik, novel, aksesoris balet, film balet dan pertunjukkan balet.
Dari lima hal tersebut, pertunjukkan balet lah yang paling saya tunggu. Too bad, masih jarang banget yang adain pertunjukkan balet di kota saya dulu.
Hingga, di hari itu saya melihat sebuah banner pertunjukkan balet di WhatsApp story mbak Bella. Dengan semangat 45 saya pun menanyakan harga dan beberapa hal lainnya.
Momen Pertama Menonton Pementasan Balet
Nggak usah bayangin kalau pertunjukkan ini akan menarikan cerita Swan Lake, Nutcracker atau cerita yang sering kita baca atau tonton di tv. Saya tertarik karena pertunjukkan ini akan mementaskan dongeng nusantara, Jaka Tarub dan 7 Bidadari.
Pertunjukkan balet yang diadakan 13 Oktober 2018 kemarin, digagas oleh Ariani Ballet School dan diiringi alunan lembut Piano Quintet (1 piano, 2 biola,1 viola dan 1 cello) dari Kythara Orchestra. Yang tak kalah menarik, pertunjukkan ini diadakan di The Heritage Palace. Tempat ini merupakan destinasi wisata baru di Solo loh.
Yup, ini adalah momen pertama saya menonton pertunjukkan balet. Jangan tanya gimana excitednya saya menunggu hari itu. 😉
Di hari itu, saya sedikit terlambat tiba di tempat acara. Hiks … Dan pertunjukkan sudah berjalan sekitar 25 menit.
Kami bergegas menuju ruangan pertunjukkan dan langsung menempati tempat duduk sesuai yang tetera di tiket. Sementara di panggung enam balerina tengah menari diiringi lagu-lagu nusantara.
Saya pun melirik kanan-kiri, barangkali ada sepuluh apa lebih baris di depan panggung dan semuanya penuh! Para penonton dilarang untuk merekam atau mengambil foto selama pertunjukkan, itulah mengapa suasananya syahdu, nggak berisik. Kebayang nggak sih lagi pentas terus ada yang live IG atau dikit-dikit motret, ngevlog? Kadang kala hal-hal seperti itu perlu diminimalisir demi kenyamanan, ya.
Well, akhirnya yang ditunggu pun tiba. Pementasan Jaka Tarub dan 7 Bidadari ini dimulai setelah sesi sambutan oleh ibu Elizabeth Ariani selaku pimpinan Ariani Ballet School, ibu Lala Salendu dan foto bersama.
Gemulai Tubuh para Balerina Bikin Terpukau
Lampu panggung tiba-tiba dimatikan, setting kayangan pun ditampilkan. Seorang narator berbalut kebaya berjalan ke arah tengah panggung, lalu lampu sorot terarah padanya dan dia pun mulai bercerita.
Adegan pun berpindah. Nampak sang ratu begitu anggun dengan balutan kebaya duduk di singgasana, penampilan beberapa model dari Qmodels dengan kebaya modern berjalan di area panggung lalu berdiri di samping ratu, para dayang-dayang dengan gemulainya menari diiringi alunan lembut musik dari Kythara Orchestra.
Lalu, muncullah satu per satu bidadari. Mereka menari layaknya balerina profesional. Ujung jari-jari kaki dijinjit, tangan lurus ke samping yang satunya ke atas, tubuh dilekukkan, lompatan dengan kedua kaki direntangkan bikin saya nggak berhenti tersenyum melihatnya.
Penampilan plus dari sang ratu yang rupanya seorang penyanyi generasi millenial Solo, Linda Laurensia berhasil membius penonton. Semua bergeming menikmati merdu suaranya.
Cerita Jaka Tarub dan 7 Bidadari ini dibawakan dengan baik oleh para murid Ariani Ballet School. Sebelum memasuki adegan utama, ada pertunjukkan balet dari anak-anak level pemula yang bikin nggak bosan. Bumbu-bumbu ceritanya pas.
Nggak kerasa tiga jam berlalu. Tiga jam yang begitu padat dengan tarian para balerina yang sungguh memukau. Kursi penonton pun masih penuh.
Di sesi terakhir, para orang tua dan kerabat berbondong memberikan karangan bunga untuk anak-anaknya, sebuah momen hangat bagiku. Ada tatapan haru dan bangga dari sorot mata para orang tua.
Anak-anak telah berlatih keras dan disiplin, hasilnya pun worth it. Adegan demi adegan selama pementasan bisa dinikmati. Semoga dari pementasan lokal ini lambat laun bisa naik kelas ke nasional hingga internasional. <3
Saya berharap, satu hari nanti akan ada pertunjukkan balet dari Ariani Ballet School yang lebih megah lagi. Mereka memiliki bibit-bibit unggul balerina. Saya membayangkan, mereka akan perform di sebuah ruangan besar seperti di luar negeri dan bisa mementaskan salah satu cerita yang sangat legendaris di ingatan anak-anak, Swan Lake.
Ada satu hal juga yang menarik perhatian saya, Kythara Orchestra.
Selama ini saya mikirnya orkestra itu hanya ada di kota besar seperti Jakarta, Surabaya saja tapi ternyata Solo pun punya! Keren! Dan Kythara Orchestra ini pun mengusung hal berbeda dari okrestra pada umumnya, yaitu jenis musik yang terkenal di akhir zaman musik klasik. Sama halnya dengan pertunjukkan balet, saya berharap one day Kythara Orchestra ini bisa perform di panggung nasional hingga internasional.
Anyway, bagi emaks daerah Solo pengin anak-anaknya bisa les balet bisa cek infonya di Instagram resmi Ariani Ballet School @arianiballetschool. Sekolah balet ini sudah ada sejak tahun 2005 loh jadi nggak diragukan yes kualitasnya. Dan yang menarik, setiap tahun ternyata sekolah ini mengirim siswa-i untuk mengikuti ujian balet bersertifikat internasional di Royal Academy of Dance, London. *two thumbs up!
At least, saya menunggu untuk kolaborasi lagi Ariani Ballet School dan Kythara Orchestra. 😉
keren ya acaranya
@Hastira : bangeeet 😀