Dear Papa,
Hello Papa, sepertinya sudah lama sekali saya tidak menulis surat untukmu. Biasanya tiap tahun pasti saya tulis surat untukmu di blogku ini, walau saya tahu Papa tidak membacanya ;).
Pa, ada kejadian kecil pagi tadi yang membuatku mengingatmu dan rindu ini semakin membuncah padamu. Ketika itu, Athar merengek mau mainin tempat susunya. Jelas saja saya larang, tapi Athar malah menangis kencang. Saya pun ngomong ke abang, ‘Pa, coba nih Athar mau mainin susu’. Dari balik kamar, Papa Athar menyahut, ‘Athar gak boleh mainin susu dan berhenti menangis!’. Seketika, Athar langsung diam. Saya pun ikut diam dan mata ini langsung berkaca-kaca. Sama persis seperti diriku yang sangat takut dengan suara besar Papa, segala kenakalan saya luruh ketika mendengar suaramu. Dan sekarang saya melihat hal itu di Athar. Saya sangat merindukanmu, Pa..
Dalam mendidik Athar, begitu banyak hal-hal kecil yang selalu membuat ingatan ini tertuju padamu, Pa. Saya selalu teringat, Papa yang selalu menyempatkan memandikanku saat mau ke sekolah sewaktu TK. Saya yang selalu mencari alasan agar tidur di kamar Mama-Papa dan akhirnya Papa menggendongku ke kamar setelah saya tertidur. Pun ketika, Papa selalu menggendongku ketika jalan keluarga padahal Papa capek. Saya sangat merindukanmu, Pa..
U know, Pa, ketika kecil hingga dewasa saya selalu melihat Papa mencium jidat Mama sebelum ke kantor. Hal sederhana, yang membuat hubungan kalian langgeng hingga puluhan tahun. Dan hal itu sering abang lakukan ke saya.
Papa ingat gak, sewaktu saya dipromosiin jadi administrasi? Saat itu papa berujar, jagalah kejujuran, itu modal utama. Omongan papa saya pegang terus. Saya tak gentar akan tundingan ini itu, selama saya bekerja jujur, saya akan pertahankan.
Papa adalah yang terhebat. Papa sangat protektif melindungi putri-putrinya. Ke manapun saya pergi sebisanya diantar dan dijemput Papa. Saat Cici tugas PTT di pelosok daerah pun, Papa ikut menemaninya. No one like you, Pa.
Pa, sebentar lagi akan ada Pilpres. Saya benci sekali melihat berita dan hal-hal yang berhubungan dengan pilpres. Andai di samping Papa, pasti akan ada pandangan-pandangan netral untuk kedua belah pihak dari Papa. Dada ini begitu sesak, Pa, ketika dituduh berdosa karena memilih capres itu. Apalagi ada yang mengatakan, ‘Ran, baca yang mendalam deh tentang syi’ah dan JIL!’. Saya hanya senyum medengarnya. Orang itu belum tahu kalau pengetahuan Papa tentang kedua hal itu begitu luas dan tidak sepicik pemikirannya. Rindu sekali berkumpul bersama di teras rumah atau ruang tamu sambil membahas masalah-masalah. Petuahmu begitu menyejukkan, Pa. Dan saya sangat merindukannya..
Padamu, saya belajar mencintai buku. Rumah kita penuh dengan buku. Buku apa saja Papa baca, membuat wawasan Papa sangat luas. I like it much! Pa, saat banjir bandang kemarin, sebagian koleksi Papa terendam banjir :’( dan beberapa yang masih selamat dikasih ke orang yang mau membaca. Begitu terharu, ketika melihat salah satu foto profil BBM tetangga yang menampilkan buku-buku dan majalah di atas mejanya. Saya tahu pasti, bahwa buku tebal, beberapa buku dan majalah adalah punyamu, Pa! Buku-bukumu sangat bermanfaat sekali, Pa.. Saya sangat berterima kasih karena papa mengjarkan saya untuk mencintai buku. Hasilnya gak sia-sia, Pa, sebentar lagi novel pertama saya akan terbit.. 🙂
Beberapa hari lalu, aku bermimpi ketemu Papa dan terbangun pada sepertiga malam. Mungkin Papa tahu ya kalau saya lagi rindu sekali. Tapi, sayangnya di mimpi itu tak lama kita bercerita. Papa kelihatan sehat. Semoga selalu sehat, ya, Pa..
Pa, satu hal yang selalu kusesalkan sampai saat ini adalah tidak mengucapkan kalimat itu saat hembusan napasmu yang terakhir. Saya sangat menyesal, Pa.. Sungguh… Maafkan saya..
Maukah Papa datang sekali lagi di mimpi? Saya ingin bercerita tetang banyak hal, memeluk Papa dan ucapin, ‘saya sayang sekali sama Papa’.
Walau sudah lima tahun berlalu sejak kepergianmu, tapi Papa akan selalu ada di hati kami.
Papa gak usah khawatir, Mama akan kami jaga selalu, takkan kami biarkan Mama kekurangan apapun. Papa juga gak usah khawatir sama mata Mama karena sudah ditangani sama yang ahli. Mama pun sama halnya dengan kami, selalu merindukan Papa.
Selamat hari ayah, Pa. Papa adalah ayah terhebat yang saya punya!
Penuh cinta,
Putri bungsumu.
🙂 kirain papanya masih ada ternyata udah alm.
But semoga tulisan kamu ini juga dibaca oleh beliau, dan beliau bangga akan karya2 kakak.
Keep fight kak 🙂
Duh bapakku juga sudah nggak ada jauuuuh lebih lama lagi.. 16 tahun yang lalu.. Bapakku juga suka baca, sampe ibukku pun dicuekin.. Makanya anak2nya yg suka baca malah ibukku gak suka. Haha.. Makanya aku diam diam aja bacanya, kalau ketauan ibuk, bisa dikomentari, “Kamu ituuuh, baca bukuuu terus, sana nyapu!”
Huahahahah… Ibukku memang antimainstream sekali..