Hujan udah berhenti diluar sana,menyisakan bau tanah yang khas dan menyengat. Sang bulan dan bintang mulai menampakkan senyumnya, udara terasa hangat. Ruangan didalam begitu berisik dengan suara-suara orang yang lagi rapat, suara klik mouse dari komputer depan dan suara tuts dari keyboardku menemani hangatnya malam ini. Ya diriku masih betah berlama-lama di kantor. Selesai menyelesaikan pekerjaan sebelum hari H, gag ada salahnya berlama-lama dikantor. Tentunya dengan tatapan kaget temen-temen, “eh Ranny masih ada yah..” heheheh
Gadgetku ber-twing-twing ria, ku hiraukan, hmmm sesaat ku melirik lagi, warna lampunya berubah dari hijau tosca campur biru, berarti ada email yang masuk, dan bisa ditebak siapa pengirimnya.
40 conversation dalam email itu, ada perasaan yang menusuk saat membaca email-email itu. Mata terasa panas tapi tidak bisa jatuh buliran-buliran air itu.
Ku hela napas panjang.. “ahh,sudahlah Ran, keep fighting..” batinku.
Salah satu isi emailnya :
“saya gag bisa bersamamu lagi. Yang saya butuhkan adalah wanita yang nrimo.”
Ada perasaan menusuk yang sangat dalam, teramat dalam, sakit se-sakit-sakitnya. Ahh ya sayang, dirimu tidak pernah tau bukan perasaan ini.
Saya membatin, wanita yang nrimo.. Nrimo seperti apakah?
Nrimo jika harga diri diinjak-injak? Nrimo jika tidak dihargai? Nrimo jika diselingkuhi?
Nrimo.. nrimo.. nrimoo… aarggggggggggghhhhhhhhhhhhh wat de f****N word..
Kenapa begitu tinggi ekspektasi terhadap seorang wanita dalam sebuah hubungan?
Oh cmon darling, saya ini wanita karir, maaf, saya hidup di era before google dan era android. Saya menjadi wanita mandiri, dengan kedisiplinan dari orang tua, perjuangan mencari sesuap nasi, berada ditengah-tengah arus informasi yang sangat deras dengan orang-orang yang hebad,ajaib dengan segala tingkah laku dan pemikiran, membentuk diriku menjadi seorang wanita “era masa kini”.
Saya sadar, sesadar-sadarnya, saya ini wanita, wanita yang dididik secara Islami dengan adat ketimuran, tidak akan melupakan peran seorang wanita jika berada dengan seorang lelaki bahkan dengan suami ku kelak. Dan dirimu sudah tau, saya rela mengorbankan karir dan kehidupan skrang ini jika menikah nanti, demi pengabdian dan totalitas dalam menjalankan kewajiban seorang istri.
Saya dibilang keras kepala, terkadang apa yang tidak sesuai dengan pemikiran saya, saya ungkapkan, kalopun bisa diterima ya syukur, tidak diterima ya tidak masalah juga. Saling menghargai sebuah saran, tidak merasa diri paling benar dengan ilmu yang ada, dan menganggap remeh saran orang lain.
ahhh, adegan demi adegan mengalir dengan indahnya di kepala ini. Menyesakkan dada.. Entah harus bagaimana jika dibilang nrimo..
Nrimo jika tidak menghubungi mama? nrimo jika haru selalu menuruti kemauan dirimu dan menepikan kemauan diriku?
Astaga pikiranku menjadi kacau dengan kata itu..
Nrimo jika suami pulang telad tanpa tau apa yang dilakukannya..
Nrimo.. nrimo.. nrimo..
Bukannya yang terutama dalam sebuah hubungan adalah kepercayaan, saling menghargai, mengerti dan komunikasi?
Membangun sebuah hubungan layaknya membangun sebuah rumah. Diperlukan pondasi yang kuat untuk membangun rumah? begitu juga kan, butuh pondasi yang kuat dalam membangun sebuah hubungan. Kedua belah pihak harus bisa bersama-sama membangun pondasi itu, biar kuat dan bisa membangun yang lainnya. Jika hanya satu saja yang bekerja, gimana pondasinya kuat?
Ku hela napas panjang, ku hembuskan perlahan.. Suara mobil dan motor berlalu lalang.. Tiba-tiba alunan instrumen khas Irlandia mengalun cantik, ku lirik HP ku, ahh Mamaku menelpon. Jam segini belum pulang, beliau khawatir. Bersyukur punya mama yang peduli dengan anaknya. Kuteguk sisa Nu Green tea sampai habis. Log out semua account. Membereskan peralatan ke dalam tas. Mempublish tulisan ini. Lalu turn off komputer. Mengganti sandal dengan sepatu. Bersiap untuk kembali ke rumah yang selalu ku rindui.
Ku tegakkan badan, ku hela napas panjang lagi menatap laut yang tenang dan dihiasi bintang-bintang.. Harus terus moving on, hidup terus berjalan dan saya harus bisa mensejajarkan langkah. Dan keyakinan di hati akan janji-janji Tuhan, akan selalu terpatri indah 🙂
Ahh.. Wanita yang nrimo untuk ukuran zaman ini, seperti apakah itu?
Selamat malam temans.. 🙂
percayalah, yg ngirim email itu bukan aku 😀
Maaf mbak, sama seperti mas soewoeng diatas, saya tidak berani memberi komen sebelum tahu konsep nrimo dari pasangannya mbak Ranny. Karena sepertinya konsep nrimo antar satu orang dg orang lainnya berbeda.
Belum lagi nrimo yg hanya dijadikan senjata laki-laki tidak bertanggung jawab untuk sekedar membenarkan tindakannya.
waaaah… yang sabar ya mbak, cuma ini senjata yang ampuh kali ya.. sabar sabar sabar..
Nrimo versinya dia kek apa, Ran?
jadi wanita nrimo itu batasannya apa ya?