Penulis : Icha Ayu
Editor : Agnes Chintami
Penerbit : Stilleto Book
Tebal : 177 halaman
ISBN : : 978-602-7572-30-0
Sinopsis
Kirana, mahasiswi penerima beasiswa short course program di Jenewa-Swiss, berharap akan sebuah petualangan di benua yang selalu dia impikan. Ternyata yang ia dapatkan jauh lebih dari sekedar pengalaman akademis saja; persahabatan dengan beberapa mahasiswa lain dari berbagai negara, dan juga cinta yang tidak pernah dia sangka sebelumnya, seolah melengkapi pengalaman barunya tersebut.
Pertemuan dengan Emmanuel, mahasiswa Prancis, memberikan warna tersendiri dalam hidupnya. Kebersamaan mereka berdua didasari oleh perbedaan yang tidak pernah diduga akan menjadi sangat sulit saat Kirana harus pulang ke Indonesia. Ada 11.369 km jarak, 11.369 perbedaan, namun juga, ada satu cinta yang ia tetap coba untuk yakini.
Mengapa mencintai dan dicintai bisa menjadi begitu rumit saat orang-orang di sekeliling juga mulai berbicara?
**
Membuka lembar-lembar pertama novel ini, kesanku datar-datar saja karena masih menerka ke mana sang penulis akan membawa ceritanya. Penggunaan alur maju-mundur sepanjang cerita membuat saya terkesan. Tak banyak novel yang saya baca menggunakan alur ini konsisten sampai akhir cerita. Bagi saya, Icha Ayu bisa menyiasati perpindahan alur dengan rapi dan membuat pembaca tidak kebingungan.
Novel ini berkisah tentang Kirana yang mendapatkan beasiswa short course program dari universitasnya ke Jenewa selama satu semester. Dan mulailah petualangan Kirana. Keindahan Swiss yang digambarkan dalam novel ini membuat saya terpesona. Ditambah budaya yang disentil dalam percakapan maupun prolog benar-benar menambah pengetahuan. Adanya gambar tempat wisata dan kuliner, menambah nilai plus novel ini.
Tiap perjalanan selalu akan ada cerita baru. Dan itu dirasakan Kirana. Dia menemukan cinta di Swiss. Cinta yang berlabuh pada seorang pria Prancis bernama Emmanuel. Pria tinggi, berambut pirang dan bermata hijau mampu menghipnotis Kirana dengan pengetahuannya yang luas tentang budaya dan politik. Gayung bersambut, Emmanuel pun jatuh hati pada kesederhanaan Kirana. Selepas empat bulan short course, mereka melakukan perjalanan ala backpacker keliling Eropa selama sebulan. Lagi-lagi saya disuguhkan panorama Eropa lewat kata-kata.
Akhirnya waktu yang ditakutkan datang juga. Saat kepulangan. Sangat berat bagi Kirana dan Manu untuk saling melepas. Janji pun diucapkan untuk saling setia. Sekembalinya di Indonesia, Kirana menghadapi bermacam omongan tentang hubungannya, belum lagi penolakan keluarganya ketika mengetahui hubungan beda budaya dan agama itu.
Akankan Kirana dan Manu bersatu? Well, mending baca endingnya langsung saja, ya.
Sepanjang membaca novel ini, saya hanya menemukan satu typo di halaman 142 paragraf kedua. Penulisan yang benar adalah sekarang tapi ditulis sekaramh. Salut untuk penulis dan editor yang jeli dengan typo.
Saya menemukan juga ada pengulangan informasi di halaman 165 paragraf ketiga. Di situ dijelaskan kalau Kirana pernah pacaran sama Ario dan Fahmi. Dan di halaman 169, paragraf pertama kembali lagi ditulis Kirana pernah pacaran sama Ario dan Fahmi. Menurut saya tidak perlu diulangi untuk informasi seperti itu.
Cover buku ini bagi saya sederhana. Saya rasa covernya mengambil salah satu bagian di cerita dimana malam terakhir Kirana dan Manu bersama.
Overall, novel ini ringan, asik dibaca di waktu senggang atau sedang dalam perjalanan. Hanya saja, saya masih penasaran akan kelanjutan kisah cinta perbedaan 11.369 ala Kirana dan Manu. Of course, saya harus membaca sekuel keduanya.
Traveling. It gives you home in thousand stranger places, then leaves you a stranger in your own land. – Ibn Batutta
**
Oke fellas, ini adalah kali pertama saya mengadakan giveaway di blog Hujanpelangi *yiaaay* *dance*. Hadiahnya : 2 eksemplar novel Distance karya Icha Ayu. Giveaway ini disponsori oleh Stilleto sebagai penerbit novel ini.
Giveaway versi saya mah gak perlu ribet! Kalian hanya perlu menjawab pertanyaan di kolom komentar. Gampang banget, kaan? 😉
Pertanyaannya :
Jika kalian berpacaran dengan seseorang yang berbeda budaya, agama dan jarak jauh tapi kalian sangat mencintainya, sangat yakin bahwa hidup kalian akan bahagia bersamanya, sesorang itu mampu membuat kalian nyaman; apakah akan kalian pertahankan atau tidak? Sebutkan juga alasan-alasannya.
See, gampaang kan? Ayooo, dijawab sejujur mungkin. Atau ada yang tengah mengalami? Boleh dong berbagi cerita. Eh, bisa saja sekeliling kita ada yang seperti itu. Tuangkan saja dalam bentuk jawaban.
Yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan novel ini :
1. Follow Twitter @Stiletto_Book & @rannyrainy.
2. Share giveaway ini di twitter dengan mention @Stiletto_Book dan @rannyrainy, jangan lupa hashtag #Distance.
3. Di kolom komentar tuliskan : nama, domisili dan akun twitter.
4. Peserta memiliki alamat surat di Indonesia.
Giveaway ini berlangsung dari 12 – 15 September 2014.
Selamat menjawab. ^.^
makasih gan tentang infonya dan semoga bermanfaat
aku memilih mengakhiri hubungan. Agama adalah petunjuk jalan hidup, gak mungkin kan, bergandengan tangan menuju jalan yg bercabang. selain itu, beda jarak mungkin bisa diatasi dg komunikasi n teknologi, tapi bukankah suatu hubungan membutuhkan kebersamaan?
kalau beda agama, jarak jauh n budaya jauh berbeda, tanpa pikir panjang, tinggalkan.
Masih banyak hamba Tuhan yg jauh lebih baik, seagama terutama.
Nama: Mona
Domisili: Sleman, Yogyakarta
Akun twitter: Mona_Darwin
Link share: https://twitter.com/Mona_Darwin/status/511442800156499969
Menurut saya, harus diperhatankan. Walaupun berbeda budaya, agama, dan jarak jauh. Saya mengalaminya. Budaya yang berbeda, agama yang berbeda, dan jarak jauh. Tapi dengan saling berkomitmen, jujur, dan percaya semua akan berjalan lancar. Banyak orang yang mengatakan mustahil, tapi tidak untuk saya. Jika berani saling mengatakan mencintai dan berjanji dengan komitmen yang dibuat, maka pasti bisa melewati semua perbedaan dan jarak sejauh apapun. Apalagi ditambah dengan rasa yakin bahwa dialah cinta sejati kita, maka tidak ada alasan untuk tidak mempertahankan. Kita yang menjalankan, kita yang merasakan, kita yang tahu. Jadi tidak ada masalah dengan omongan orang lain yang selalu menjatuhkan kita. Tuhan mempertemukan kita dalam keadaan yang berbeda, namun dengan sejuta rasa cinta dan keyakinan sehingga saya percaya bahwa Tuhan menyediakan cara atau jalan untuk bersama seumur hidup bagaimanapun orang lain mengatakan “tidak akan bisa”.
Coba lagi ah… semoga kali ini jawabanku masuk 🙂
Pertanyaannya jika berpacaran kan?
Berbeda budaya bagiku hal yang paling ringan, aku bisa menerimanya dalam kondisi masih pacaran ataupun sudah menikah. Karena menurutku perbedaan masih bisa dijembatani lewat komunikasi yang baik, sehingga bisa diambil kompromi utk perbedaan budaya itu.
Untuk jarak jauh, aku masih bisa menerima untuk status msaih pacaran tapi kalau untuk menikah aku tidak bisa menerima. Aku lebih suka menjalani hari-hari bersama belahan jiwa, berbagi suka duka bersama dalam arti fisik ya. Komunikasi jarak jauh itu gak enak utk suami istri bagiku lho.
Nah yang terakhir untuk beda agama, aku menolaknya baik untuk status pacaran ataupun menikah. Buat apa repot2 pacaran dg orang yang beda agama jika kita sudah tahu ada halangan besar yang melintang di depan?
Truss.. ini biodataku :
nama : Reni Judhanto
domisili : Madiun
twitter : @ReniJudhanto
Nama : Rany Dwi Tanti
Domisili : Tulungagung, Jawa Timur
Twitter : @Rany_Dwi004
Jika masalahnya hanya sebatas perbedaan budaya dan jarak yang jauh, hal itu masih bisa dimaklumi. Teknologi informasi sekarang sudah semakin canggih, jadi kita bisa berkomunikasi dan menjalin hubungan meskipun jarak jauh. Soal beda budaya, bukankah perbedaan itu selalu ada ? Jadi menurut saya perbedaan budaya bukanlah penghalang untuk menjalin sebuah hubungan. Tapi kalau menyangkut agama, itu lain lagi ceritanya.
Jadi kalau saya ditanya apakah dipertahankan / tidak. Jawabannya saya memilih untuk tidak mempertahankannya. Meskipun dia membuat saya nyaman, kalau berbeda agama saya memilih tidak mempertahankannya. Alasannya simple saja, “dia nantinya akan menjadi imam bagi saya. Kalau saya dan dia berbeda agama, bagaimana dia akan menjadi imam yg baik untuk saya?”
Saya juga tidak mungkin menyuruh/memaksanya berpindah agama seperti keinginan saya. Dan juga belum tentu orang tua setuju jika dia orang yg beda agama.
Jujur banget ya, Mbak, saya jawabnya.
Saya bukan orang paling baik. Tapi sampai saat ini saya masih memegang prinsip untuk tidak pacaran. Saya mencari calon istri saja. Tapi karena saya maniak baca novel, saya akan mencoba jawab sejujur-jujurnya seandainya saya ada di posisi hubungan beda budaya, beda agama, dan jarak jauh.
Untuk beda budaya dan jarak jauh, saya akan kembali bertanya, apa untuk berbeda budaya sangat mengganjal sehingga harus pisah? Kalo nggak, saya akan lanjutkan karena saya cinta dan sayang. Kalo jarak jauh, saya akan bertanya, berapa lama kita akan berjauhan dan dengan alasan apa kita berjauhan? Kalo hanya untuk kurun waktu 3-4 tahun dan alasan pendidikan, saya akan menunggu, alasannya sama, karena saya cinta dan sayang. Tapi kalau lebih dari 4 tahun dan alasan pekerjaan, saya akan memutuskan untuk berhenti saja. Saya butuh kepastian untuk hubungan serius.
Nah, kalau untuk beda agama. saya keras dan lantang menolak hubungan ini. Jadi sudah pasti saya akan meminta pisah. Dan kita akan tetap menjadi teman saja (itu juga kalo nggak canggung). Syarat utama saya mencari pasangan adalah seiman.
Mbak, ini jawaban saya sejujur-jujurnya. Satu lagi, cinta tidak pernah menyulitkan manusia. Kalo ada yang bimbang dengan cinta, orang itulah yang mereka-reka keadaan.
Nama: Hapudin
Kota: Cirebon
Twitter: @adindilla
Nama : Sofhy Haisyah
Domisili : Maros, Makassar (Sulawesi-Selatan)
Twitter : @Sofhy_Haisyah
Menjalani hubungan dengan seseorang yang berbeda budaya, agama, dan jarak jauh ?
Satu hal yang aku pelajari menjadi salah satu penduduk di negara yang memiliki keanekaragaman, yaitu : TOLERANSI dan SALING MENGHARGAI. Yupps, dengan dua ajaran sikap tersebut, jika aku diposisikan menjalin hubungan dengan seseorang yang berbeda budaya, AKU BISA. Walaupun, ingin menyatukan dua budaya tersebut pasti memiliki konsekuensi. Konsekuensinya, pasti ada salah satu unsur budaya yang harus menjadi minor dari proses penyatuan tersebut.
Kedua, AGAMA. Walaupun aku menjunjung tinggi TOLERANSI dan SALING MENGHARGAI. Bagiku, dua ajaran sikap tersebut tidak berlaku dalam ruang lingkup asmaraku. Mungkin, yaa beberapa pasangan berhasil melewati rintangan asmara beda agama tersebut. Tapi, aku sendiri akan memilih TIDAK. Karena bagi aku, asmara atau hubungan yang beda agama itu ibaratkan sebuah kapal yang memiliki dua kapten di dalamnya, DAN masing-masing kapten tersebut memiliki visi misi yang berbeda. Tentu bisa terpikirkan kan, kapal tersebut akan oleng, terombang-ambing, tak menentu menuju ke arah mana.
JARAK JAUH. Untuk yang satu ini, aku tidak bermasalah sama sekali. Aku hampir dua tahunan ma pacarku LDR-an ^_^))”> dan alhamdulillah, hubungan kami baik-baik saja sampai sekarang. Karena bagi aku (mungkin juga dia)suatu hubungan itu gak perlu memperhitungkan jarak, tapi memperhitungkan seberapa besar kadar kesetiaan yang kami miliki.
Last, kalo bagi aku,
Beda BUDAYA, YA !
Beda AGAMA, TIDAK !
Hubungan JARAK JAUH, YA !
Semoga sukse ya GA nya
Nama : putri tri devi
Dominisil : tangerang
Akun Twitter : @putrideviURF
link share : https://mobile.twitter.com/putrideviURF/status/510387964829265920?p=v
budaya, agama dan jarak?? Duhh ini sulitt sekali yaa>< tapii kalau ngomongin budaya dan jarak udah pasti aku pertahanin kalau hati kecil aku yakin akan bahagia bersama diaa, toh cinta sejati itu gaakan berjalan dengan mulus pasti ada kerikil kerikil didalamnya yang ngebuat aku dan dia semakin dekat asal saling janji bisa menjaga komitmen:'')))) dan saling berjuang satu sama lain untuk hubungan tersebut jadii kalau masih ada cinta diantara kami aku akan terus pertahanin, tapii kalau beda agamaa aku akan akhiri:') karna sesungguhnya cinta murni itu didasari kecintaan aku terhadap tuhan. Kalau kepercayaan kami aja udah ga sejalan pasti akan sulit kedepannya, karna ridho Allah itu ridho orangtuaa ku aku sayang sekali kedua orang tua kalau orang tu ku melarang hubungan kami maka Allahpun melarang, jadi dengan berat hati harus diakhirii dan berjalan sendiri dgn kepercayaan masing2:')
nama : Raihanatun Nisa
Twitter : @Raihanatun1
domisili : jalan Trans Kalimantan Rt 17 Rw 05 Kuala Kapuas Kaliamntan Tengah
untuk beda budaya, adat atau negara akan saya coba pertahankan. yang paling penting saling memahami dan belajar akan kebudayaan atau tradisi satu sama lain. bahkan ini akan menambah wawasan kita dan mengurangi resiko anak lahir karena satu darah.
namun bila beda agama saya kurang yakin untuk mempertahankan. sebab saya adalah wanita. saya tak mungkin memimpin dia yang baru masuk islam, sedangkan saya sendiri mengharapkan bimbingan dari seorang suami.
Saya ikutan ya kak RainyRainy 😀
Nama : Yunita Hentika
FB : Yunita Hentika Dani
Twitter:@yunitahentika
Kota : Surabaya
Aku tahu cinta itu buta, aku juga tahu tak ada kekuatan yg melampaui cinta itu sendiri. Bila memang kita yakin akan pilihan kita. Maka jarak, budaya yg berbeda, keyakinan yg tidak sama bukan sebuah halangan untuk melangkah.
Selalu ada buah manis dari setiap perjuangan kita. Awalnya mubgkin terasa berat tp bila keyakinan telah terpatri bahkan semestapun akan mendukung.
Siapa yg bisa menebak ujung jalan yg blm kita tempuh. Mungkin semuanya akan terasa jauh lebih mudah diakhirnya. Dan menikmati setiap prosesnya adalah sebuah kebahagiaan sendiri, sekarang dan insyaAllah kedepan.
Salam kenal, terima kasih sudah diperbolehkan ikutan.
bookmark dulu akh…
Dimana ya saya bisa beli bukunya? kayaknya keren banget nih…Tolong infonya dong
Kalo untuk menjalin hubungan dengan yang berbeda agama, budaya atau hubungan jarak jauh si belum pernah. Tp klo aku untuk menjalin hubungan yg berbeda agama, kayaknya ga deh. Di agama aja udah di larang tuh menjalin hubungan dgn berbeda agama, itu sama aja kyak melakukan zina. Kayakinannya aja udah beda, gimana yg lainnya. Tapi untuk beda budaya atau jarak jauh si kayaknya fine2 aja
Nama : Trias Nurilani
Domisili : Bekasi
Twitter : @rilanpotter
Nuraviana Khuriya
Tangeranga
@nur_khurie
albasia raya no 59, taman royal 3, poris plawad, cipondoh, tangerang
ikutan ya, …
kebetulan ngga ngalamin ya… tapi seandainya aku ada di posisi itu, aku mungkin meamilih mundur aja deh, terutama kalau beda agama. kenapa? memang perbedaan bisa jadi warna-warni dalam kehidupan. tapi kalau terlalu banyak perbedaan, apalagi yang menyangkut keyakinan, dan keduanya sama-sama yakin dengan keyakinannya masing2, lebih berat mempertahankannya.
🙂
Nama : Nadila Samantha
Domisili : Bandung – Jawa Barat
Akun twitter : @SamanthaNadila
Pertanyaan : Jika kalian berpacaran dengan seseorang yang berbeda budaya, agama dan jarak jauh tapi kalian sangat mencintainya, sangat yakin bahwa hidup kalian akan bahagia bersamanya, sesorang itu mampu membuat kalian nyaman; apakah akan kalian pertahankan atau tidak? Sebutkan juga alasan-alasannya.
Jawabanku adalah tentu saja akan aku pertahankan. Cinta itu tak bersyarat. jika memang kita sudah dipertemukan dengan seseorang yang membuat kita nyaman, kita harus bisa menerima kekurangan dan kelebihan dari pasangan kita bukan? Mencintai itu berarti pula saling melengkapi. Perbedaan masalah budaya, itu sepertinya bukan menjadi penghalang bagi saya. Malah akan semakin berwarna bukan? Kita bisa mengenal dan mempelajari budaya yang berbeda. Positifnya itu akan semakin menambah wawasan kita. Untuk masalah budaya jangan jauh-jauh dengan Bule. Dengan satu indonesia pun kita sudah memiliki perbedaan budaya yang beragam. Jadi sudah pasti itu tidak akan menjadi penghalang bagi saya.
Kebetulan saat ini saya sedang menjalani suatu hubungan dengan seorang pria berkebangsaan Turki. Perbedaan budaya, bahasa, kebiasaan bahkan terkadang hal sepele mengenai makanan, sering kali menjadi perbincangan yang kerap menyulut sedikit perdebatan. Namun semua itu bisa kita atasi dengan mengambil jalan tengah untuk saling mengerti satu sama lain.
Untuk masalah agama, itu merupakan hal yang cukup sensitif jika dibahas. karena sampai kiamat pun membicarakan hal ini tidak akan ada habisnya, malah akan memunculkan pertentangan bahkan perang. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mengikuti apa yang kita mau. Agama pun merupakan panggilan hati dari orang itu sendiri. Bagi saya, perbedaan agama tidak menjadi masalah. Karena percuma saja seiman jika tidak bisa saling menghargai dan mengayomi satu sama lain. Dengan istilah lain hanya agama KTP. Jika memang dia berbeda dan kita ingin dia menjadi seiman dengan kita, kita pun harus memberi contoh yang baik. Sehingga hatinya bisa terketuk untuk memeluk agama ini. Namun Alhamdulilah, meskipun Bule, saya dipertemukan dengan Bule yang seiman dengan saya. Jadi tidak ada masalah bagi saya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius lagi. Apalagi saya sudah menjalani hubungan dengan dia hampir 3 tahun.
Untuk masalah jarak, sekarang kan teknologi sudah canggih.
Jangan jauh-jauh yang di luar negeri. Kalau kita satu kota tapi sama-sama sibuk juga pasti akan jarang bertemu kan? Justru kalau jarang ketemu itu malah membuat kita menjadi semakin greget kangennya dan jauh dari dosa. Sering ketemu pun malah akan membuat kita menjadi bosan, bingung apa yang mau kita obrolkan lagi, sehingga ujung-ujungnya kita malah berantem. Iya kan? Ya kita ibaratkan saja LDR yang kita jalani itu, seperti Ta’aruf. Pasti semuanya tidak akan terasa berat. Menjalani hubungan dengan ikhlas dan disertai rasa percaya satu sama lain adalah kunci utama dalam suatu hubungan.
Syukuri dan jaga apa yang kita punya sekarang, karena mungkin dia adalah seseorang yang memang dikirim oleh Allah untuk kita. Doakan juga ya semoga aku dan pasanganku bisa segera menikah. Amien..:)
Nama: Anis Antika
Domisili: Surabaya
Twitter: @AntikaAnis
Nggak akan bertahan. Kalau perbedaan kebudayaan dan jarak, itu bukan hal yang bisa membuatku menyerah. Yang paling nggak memungkinkan untuk kami bertahan adalah, perbedaan agama. Aku nggak mungkin dan nggak mau mengorbankan kepercayaanku hanya karena cinta. Oke, aku memang mencintainya. Tapi, urusan dengan Tuhan itu menjadi yang paling utama. Karena dalam agamaku, seorang wanita dilarang menikah dengan laki-laki beda agama. Sesakit apa pun perpisahan itu, sesulit apa pun itu, kami harus mengakhirinya. Anggap saja dia memang bukan jodohku. Toh, seiring berjalannya waktu kami akan terbiasa hidup ‘sendiri’.
Gue ikutan Ran! Ini pertanyaan buat gue banget dah!
Jawaban dari seorang JengSri adalah:
Gue akan pertahankan mati-matian. Alasan gue berikut:
1. Seseorang berharga adalah cinta yang berharga.
2. Cinta yang berharga akan di dapatkan dengan penuh perjuangan.
3. Setiap perjuangan dalam mencintai seseorang selalu ada harga yang harus dibayar.
4. Dan ketika ada harga yang dibayar kita akan selalu menghargai apa yang sudah kita dapatkan.
Ketika 4 Hal di atas bertengger di hati dan otak kita, maka jarak jauh, agama, budaya hanyalah butiran butiran pasir yang menghiasi dilautan, sementara kita adalah pemilik lautan tersebut!
Jadi, cinta ada harga yang harus dibayar. Tapi jika kita mencintai, cintailah dengan seperti besarnya lautan dan kedalamannya.
Ini bukan omong kosong.
Gue jalanin dengan belahan Jiwa yang berbeda agama, budaya dan bahasa bahkan berpisah beda benua sebelum menikah Selama 1 tahun. Duh!
Tapi kami bahagia, hingga anniversary yang ke 10 kami selalu merasa beruntung telah dipertemukan dengan perbedaan ini.
Cukup sekian :D.
Maap lupa biodata gue, hihihi.
Nama: Jeng Sri (contact me on FB for my full name ya Ran, hehe)
Domisili: Jakarta Selatan
Twitter: @JengSriHann
Nama : Indah Paramita
Domisili : Jakarta Pusat
Akun Twitter : @indahparamita_
sorry ketinggalan.
Walaupun perbedaan ras dan jarak sejauh apapun pasti akan kuterima cintanya karena disuatu hubungan itu perbedaanlah yg akan membuat kita menyatu. Jika agama aku pasti mikir terlebih dahulu karena agama ialah keyakinan yg aku pegang teguh dan aku berprinsip untuk tidak berpindah agama walau sebesar apapun cintanya. aku lebih cinta pada tuhanku, Allah SWT.
Nama : Regita Farmesti
Dominisil : Samarinda Kaltim
Akun Twitter : @Ooo_reegita
Alamat Surat : Jl.D.I Panjaitan No.47 Samarinda utara 75117
Asaalamualaikum…
Cinta itu memang buta, tapi cinta tidak ingin menjerumuskan kita kejalan yang salah. Menurutku perbedaan budaya maupun jarak yang memisahkan itu tidak masalah asal ada kepercayaan dan memahami satu sama lain. Tapi klau mencangkup soal Agama yang berbeda aku gak bisa berkata banyak hanya 2 jawaban memilih untuk mundur dalam hubungan atau meyakinkan si “doi” untuk masuk agama yang kita percayai, memang sih kepercayan agama itu adalah hak orang lain, jangan memaksa, hanya menyarankan “lebih baik jika kita se-agama” itu aja sih.
Catatan : Semoga aku tidak mengalami ini >,<
Well, kalau saya berpacaran dengan cowok yang berbeda budaya, agama, dan negara, hmmm… Bertahan ngga ya??? Mikir dulu 🙂 waduh, ribet juga kalau udah terlalu conta dan merasa nyaman. So, gimana dunk? Tetap memilih bertahan atau…. PUTUS!!!
Sekilas punya pacar bule itu kok kayaknya keren ya, tapi menyatukan dua budaya yang bedanya bagai langit dan bumi itu tidak seperti membalikkan kedua telapak tangan. Sulit, tapi apa sih yang ngga kalau cinta sudah ikut andil di dalamnya. Lalu soal agama… Emm, ini masalah yang sangat krusial bagi saya. Saya ngga mau dong punya imam tapi berbeda keyakinan, jadi walau pun terlalu cinta, tapi dia tetap pada keyakinannya saya akan berpikir ribuan kali untuk melanjutkan hubungan kami. Terus soal jarak, hari gini jarak kayaknya bukan lagi penghalang, apa lagi kecanggihan teknologi yang bisa membuat kita bisa bertatap muka langsung. Tapi, secanggih apapun teknologi, sentuhan langsung tetap penting dan tak tergantikan.
Jadi, kalau saya punya pacar seperti itu, maka saya akan mengakhiri hubungan kami. Cinta bisa memudar kalau sudah tidak saling menyapa apalagi kalau kita menemukan the right man in the right place. Ngga yakin bakal ketemu? Duh, kalau jodoh, takkan lari gunung dikejar. Rasa nyaman akan tumbuh sendirinya kalau sudah menemukan orang yang tepat. Jadi, untuk apa mempertahankan cinta dalam begitu banyak perbedaan yang tidak bisa ditoleransikan. Lebih baik membuka hati untuk mencari pacar baru yang betul-betul ideal untuk jadi suami.
Nama : liza fathia
Domisili : Banda Aceh
Twitter : @fatheeya
Raaan, ikutan ah giveawaynya hohoho
Nama : Orin
Domisili : Bekasi
Twitter : @rindrianie
Jawabanku : Mengakhiri hubungan.
Terlepas dari berbagai macam perbedaan yang buanyak itu, buatku akan lebih menyenangkan jika pasanganku hampir selalu berada di dekatku, sesederhana itu. Kalau ada yang dekat, kenapa harus mencari yang jauh? *halah* 🙂
Nama: Julia Primadani
Domisili: Purwakarta
Twitter: @Juliaaprima
Kalau aku sih, soal jatak bisa dimaklumi. aku masih bisa memertahaninnya. Tapi kalau beda budaya dan agama aku lebih baik mundur meskipun sakit. lebih baik diakhiri secepatnya daripada merasa ketergantungan dan tidak bisa melepaskan. Jujur, aku kalau nyari pasangan, kriteria utamanya ya harus satu agama sama aku.Kalau pun ada orang yang beda agama dan budaya tapi bisa memberikan rasa nyaman, dari awal pun pasti udah diniatkan dijadikan teman aja. Halah. Gitulah! 😀
Terima kasih.
Nama: Julia Primadani
Domisili: Purwakarta
Twitter: @Juliaaprima
Kalau aku sih, soal jarak bisa dimaklumi. Tapi kalau mneyangkut budaya dan beda agama aku lebih baik mundur meskipun harus sakit. Lebih baik diakhiri secepatnya daripada nantinya akan merasa ketergantungan dan tidak bisa melepaskan. Jujur, aku kalau nyari pasangan, kriteria utamanya itu ya harus satu agama sama aku. Kalau ada yang memebuatku aku merasa nyaman tapi beda budaya dan agama dari awal pun pasti sudah aku niatkan hanya untuk dijadikan teman aja. Halah. Gitulah pokoknya! 😀
Terima kasih.
Nama: Julia Primadani
Domisili: Purwakarta
Twitter: @Juliaaprima
Kalau aku sih, soal jarak bisa dimaklumi. Tapi kalau sudah menyangkut budaya dan agama aku lebih baik mundur meski harus merasa sakit. Lebih baik diakhiri secepatnya daripada nanti malah jadi ketergantungan dan tidak bisa melepaskan dia.Jujur, aku kalau nyari pasangan kriteria utamanya itu harus satu agama sama aku. Seseorang yang berbeda budaya dan agama dari awal pasti sudah diniatkan hanya untuk dijadikan teman. Halah. Pokoknya gitulah. 😀
Terima kasih.
Nama : Sri Darmawati
Domisili : Mataram, Lombok – NTB
Twitter : @Eyiaz_AB
Menurutku, yakin akan bahagia selamanya saja tidak cukup untuk menjalani hubungan dengan perbedaan sebesar itu, khusunya perbedaan keyakinan. Cinta antara pria dan wanita, bila ingin diwjudkan dalam ikatan pernikahan, tentunya harus berasal dari cinta yang lebih murni, yaitu cinta kepada Sang Pencipta yang Esa. Cinta karena Sang Pencipta, akan bertahan lebih lama dan lebih indah. Jika antara dua anak manusia berbeda keyakianan kemudia memutuskan untuk menjalani kehidupan bersama dalam sebuah ikatan pernikahan, suatu hari pasti akan menemui kebuntuan karena memiliki perbedaan yang mendasar. Adapaun perbedaan adat dan budaya, saya rasa masih bisa untyk saling menyesuaiakn. karena cinta mendekatkan yang jauh dari perbedaan2 itu untuk saling memahami dan menyesuaikan, keculai perbedaan agama. Jadi, lebih baik mengakhiri sekarang daripada bertahan untuk suatu hari yang menyakitkan.
Ikutan ya Mak Ranny 😉
– LDR??? Gue bangeeetsss. Saat pacaran bahkan sekarang setelah menikah. Sejauh ini gak masalah karena ada teknologi canggih yang memudahkan komunikasi. Memang jaraknya ga terlalu jauh tapi seandainya itu jarak lintas negara, asal ada batas waktunya ga masalah, yang ga kuku kalau waktunya g diprediksikan sampai kapan, susyaaah booo….
Budaya:: asal bisa saling toleransi ga masalah. Yang satu daerah aja bisa ada perbedaan menyikapi budaya
Agama: ini yang paling riskan. Buat Fenny BIG NO menjalin hubungan beda agama. Fenny pernah menjalin hubungan dengan mualaf yang keluarga besarnya masih beda agama. Meski dah bertahun-tahub menjalin hubungan, ketika keluarga besarnya masih mempermasalahkan hijab fenny pada akhirnya Fenny memutuskab hubungan.. Alhamdulillah setelah ga sama yang itu, fenny dipertemukan dan menikah dengan yang seiman baik pribadi maupub keluarga besarnya yaitu suami fenny sekarang 😉
Cinta itu INDAH tapi jangan sampai MEMBUTAKAN 😉
Nama: Fenny Ferawatii
Domisili: Klaten
Twitter: @fennyferawati
Duuuhh…buat aku itu riweuh sangat ya. Udah jauh, beda agama dan budaya pulak. Kalau jauh2an, ntar kalau kangen gimana dooonkkk… Masak cukup skype an ajah 😉 Trus ntar kalau berantem siapa yg belain. Malah ntar papa mama cuma jawab : kan sudah papa mama bilangin, sekarang kalau begini mau apa? Duuuhh..enggak deh Mb Ranny, beraaaatt… Berat di ongkos klo mau ketemuan (langsung), berat di hati juga buat njalanin hubungan jarak jauh.
Nama : Uniek Kaswarganti
Domisili : Semarang
Twitter : @UniekTweety
Aih, ini jawaban kuiskah Mak Uniek? Kirain menolak mengikuti kuis ini 🙂
Nama : Sari widiarti
domisili : Sidoarjo – Jawa timur
twitter @MentionSari
Kalau berpacaran dengan beda budaya dan jarak, itu sih bukan menjadi penghalang, jadi nyaman – nyaman saja. Bahkan seru kalau beda budaya, bisa saling mengerti satu sama lain, dan membuat hubungan enggak bosen, pasti ada yang baru dari pasangan kita yang belum kita ketahui. Apalagi kalau beda jarak. Semakin jarang ketemu karena jarak, membuat kangennya semakin greget 😀
Tapiiiii.. maaf ya bukan rasis loh, kalau sudah beda agama rasanya aku kurang nyaman. Secinta – cintanya aku dengan makhluk Tuhan, pastinya aku lebih mencintai Tuhanku. Ya, mungkin cinta itu juga sebagai godaan ya apakah kita lebih mencintai ciptaanNYA atau Sang Pencipta. Kalau landasan saja sudah berbeda, mungkin, pandangan hidup juga berbeda. Itu pendapat pribadi aku sendiri loh ya 😀
NAMA : NURMULISYAH
DOMISILI : BARRU, SULAWESI-SELATAN
AKUN : _lisyah
SHARE : https://twitter.com/_lisyah/status/510306843218808833
Answer & Reason
Answer :
jawabanku IYA, TETAP BERTAHAN.
Reason :
Jika memang itu adalah sebuah hubungan yang tulus, seharusnya apapun bukan penghalang.
baik itu agama, budaya, apalagi cuma jarak jauh.
AGAMA,
jika berbicara mengenai hal yang satu itu, rasanya sangat sensitif, saya mmg tidak sedang mengalami beda agama dengan dia. tapi saya bisa bayangin apa rasanya jika hubungan dilandasi dengan keyakinan yang berbeda. dan solusinya cuma 1. harus ada yang mengalah.
BUDAYA
kayaknya budaya juga bukan hambatan dalam suatu hubungan. jalanin aja hubungan itu, bahkan keuntungannya ada. bisa terjadi pertukaran budaya 🙂
JARAK JAUH
nah ini nih, keliatannya simpel, tapi bikin nyesekkk.
saya sendiri mengalami hal di atas, yapp.. LDR 🙁
ditinggal pergi ke pulau seberang, makan hari, makan bulan, bahkan makan tahun. pulsa abis gara-gara mantengin hp 24 jam buat halo-haloan.kalau malam minggu suka ngiri sama temen-temen yang hang out sama do’inya.
tapi, saya udah janji.
hal-hal sepele seperti itu tidak boleh menghancurkan hubungan saya dengan dia yang sudah berjalan selama 5 tahun ini.
lama kan ??? temenku aja bilang “ITU PACARAN APA KREDIT MOBIL” 🙁
kesimpulannya,,
sepatu baru, belum tentu lebih nyaman dipakai dari pada sepatu yang lama. jadi kalo udah ada yang nyaman, meskipun udah lama, dirawat biar gak rusak, ngapain ganti yang baru !
ikutan ya… ?
nama : yuliza
domisili : binjai, sumatera utara
twitter : @zasachi
Rumit!
Kalo udah berbeda, pasti salah satu harus ada yang mengalah, harus saling toleransi, dan harus mau berkorban.
Rasanya, jujur jika itu terjadi padaku, aku tidak akan mempertahankan hubungan itu. Alasannya karena prinsip sih. Beda agama. Jika berbeda kebudayaan, beda negara, jarak jauh mungkin masih bisa aku tolerir. Aku masih bisa mengalah dan belajar untuk mengerti dengan sikon. Tapi tidak dengan keyakinan. Aku tidak akan menggadaikan akidahku hanya karena aku yakin aku bakal bahagia bersamanya? No, berbeda akidah dan keyakinan saja sudah membuatku tidak nyaman untuk menjalin hubungan yang serius. Aku menghormati keyakinannya dan tidak mungkin memaksanya untuk berpindah keyakinan. Aku pikir, aku mungkin akan mengakhiri hubungan itu. Menjadi teman saja mungkin jauh lebih baik, tidak ada yang akan tersakiti.
Nama : Rodame MN
Domisili : Bogor
Akun Twitter : @deim_21
Syarat semua done yah 🙂
Jawaban pertanyaanya :
Untuk berpacaran sulit menjawabnya karena ini kembali lagi pada keyakinan masing-masing. Bicara di ranah agama, setiap orang tentu berbeda, kalau di agama saya memang tidak diizinkan karena lebih banyak hal buruknya daripada baiknya. Namun di luar itu saya berpendapat bahwa mengejar seseorang sebagai calon istri/suami karena keyakinan kita yang besar akan dapat menjalaninya bersama kelak harus diperjuangkan. Seperti mimpi, yang harus kita wujudkan dengan mengerahkan segala upaya dan doa. Saya selalu yakin orang yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan hal yang baik (sesuai tuntunan agama masing-masing dan memperoleh restu orangtua) akan mendapat kemudahan dan jalan menuju keberhasilannya. Sama dengan mimpi mendapatkan pasangan yang diidam-idamkan.
Selama kita berjalan dalam arah yang benar, yakin satu sama lain, seharusnya mempertahankannya adalah cara yang terbaik untuk bahagia. Bertahan kan bukan berarti melawan arah, tapi mencari arah yang sama yang bisa beiringan terus-menerus hingga maut memisahkan, selalu ada jalan asal berusaha.
Kenapa harus bertahan? karena mimpi bahagia bersama pasangan itu tidak akan terwujud dengan sendirinya, harus ada usaha, kerja keras, pengorbanan, air mata, yang membuat kita sadar bahwa tidak mudah untuk bahagia. Disitulah letak kesabaran, keikhlasan dan ketekunan kita diuji. Kita diberi ujian karena kita mampu melewatinya. Dan ketika kita mampu melewatinya kita tidak akan menyia-nyiakannya, karena kita tahu ada banyak hal yang sudah kita lalui bersama yang tidak bisa menggantikan cinta yang kita perjuangkan itu dengan kebencian dan perpisahan.
Distance, it doesn’t matter as long as we walk hand in hand. Pray more, do more, love more. Its called passion of love.
Yay!! Aku dukung Mak Dame jadi pemenangnyaaa….! *pompom girl* *hlo?!*
Saya juga jadi pom-pom girl sajah *eh?*
Nama : Regita Farmesti
Dominisil : Samarinda Kaltim
Akun Twitter : @Ooo_reegita
Alamat Surat : Jl.D.I Panjaitan No.47 Samarinda utara 75117
Asaalamualaikum…
Cinta itu memang buta, tapi cinta tidak ingin menjerumuskan kita kejalan yang salah. Menurutku perbedaan budaya maupun jarak yang memisahkan itu tidak masalah asal ada kepercayaan dan memahami satu sama lain. Tapi klau mencangkup soal Agama yang berbeda aku gak bisa berkata banyak hanya 2 jawaban memilih untuk mundur dalam hubungan atau meyakinkan si “doi” untuk masuk agama yang kita percayai, memang sih kepercayan agama itu adalah hak orang lain, jangan memaksa, hanya menyarankan “lebih baik jika kita se-agama” itu aja sih.
Catatan : Semoga aku tidak mengalami ini >,<
Nama : Tasya Permata Sanjaya
Domisili: Klaten
Twitter : @PermataTasya23
akan aku pertahankan , karena gk ada salah nya buat kita pertahankan walaupun hubungan jarak jauh ,berbeda agama , berbeda budaya . kita bisa mempertahankan hubungan itu jika kita saling megerti satu sama lain.d dan menghargai perbedaan . kan kalau hubungan jrk jauh gk masalah kan zaman sekarang udah ada berbagai macam komunikasi , trus kalau berbeda budaya ,kita bisa kok saling membagi informasi antara budaya kita ke dia (budaya yg positif ya) . nahh kalau perbedaan agama sih ,menurutku itu yg paling sulit untuk menyatukan cinta diantara dua insan manusia ,tapi kita harus berusaha supaya perbedaan agama tdk mnjd masalah. dan mempertahankan hubungan jrk jauh itu sangat sulit tapi kalo yg udah nama nya CINTA apa boleh buat .kita harus mempertahankan hubungan itu walau badai menerpa .