Anak adalah anugerah terindah dariNya.
Mendidik anak tak semudah membalikkan telapak tangan, harus ada kesabaran dan kasih sayang.
Saking cintanya kita kepada anak-anak, terkadang sikap kita menjadi overprotektif, melarang ini itu, diberi fasilitas berlebihan, yang pada akhirnya membentuk kepribadian anak yang kaku dan tidak mau bergaul.
Menjadi orang tua terlebih seorang ibu, di mana tiap harinya berhadapan langsung dengan anak-anak, membuat kita harus pintar dalam mengurus dan mendidik anak, harus bisa menyeimbangkan antara aturan, keinginan anak dan rasa sayang.
Seringkali kita sebagai ibu, takut jika anak-anak bersentuhan dengan kotor. Tapi, sebenarnya ada hal-hal positif dibalik kegiatan-kegiatan yang bersentuhan dengan kotor.
Buku bertajuk “Cerita Di Balik Noda” karya Fira Basuki, memberikan suatu pemahaman dalam mendidik anak dan ternyata ada kebijaksanaan dalam diri anak-anak yang tak terduga.
Buku yang berisi 42 kisah ini di re-make kembali oleh Fira Basuki dengan gaya bahasanya yang sangat khas.
Pemilihan judul, kata-kata yang padat membuat buku ini enak untuk dibaca.
Kekuatan utama dari buku ini adalah 42 kisah mengenai anak-anak yang berani kotor. Ternyata anak-anak bisa mendatangkan inspirasi dan terkadang “menampar” kita dengan ketulusan perkataan dan perbuatan mereka.
Jika harus memilih cerita yang paling favorit, rasanya semua cerita itu favorit saya. 42 cerita itu mampu membuat saya berkaca-kaca saat membacanya, bahkan saya sampai menghentikan membaca karena menangis, mengingat almarhum papa saya dalam cerita Untuk Papa.
Cerita Tulisan di Kain Seprai mengingatkan saya akan salah satu iklan susu anak-anak, cerita Nasi Bungkus Cinta dan Imlek buat Lela memberi gambaran kepekaan sosial anak-anak yang sangat tinggi terhadap sesama,
Cerita Harta Sebenarnya mengajarkan arti kebahagiaan sebenarnya dan selalu rendah hati dalam hidup.
Cerita-cerita itu hanyalah sebagian kecil yang dituangkan dalam buku tersebut, masih banyak cerita yang sangat menyentuh dan membuat takjub akan perilaku anak-anak.
Saat membaca buku ini, ada sedikit kesalahan kecil dalam pengeditan.
Halaman 24 : “Kain kali, mereka berebut mencari perhatikan saya.”
Mungkin yang dimaksud adalah Lain kali dan perhatian.
Di halaman 56, dijelaskan Wulan adalah adik Hendro dan Dewi adalah anak Hani-Hendro, tapi di halaman berikutnya (57 – 62) Wulan menjadi anak Hani dan Hendro. Kesalahan ini menurut saya sedikit fatal, karena tidak hanya 1 halaman yang salah tapi 6 halaman.
Sedikit kecewa dengan covernya yang terlalu simple. Mungkin mengusung tema ‘Berani Kotor Itu Baik’, jadinya cover hanya berlatarkan putih yang melambangkan pakaian dan dipadu warna coklat yang melambangkan noda.
Padahal, pakaian anak-anak tak semuanya putih dan noda tak selamanya coklat. Ditambah lagi, cerita-cerita didalamnya yang begitu berwarna, sayang sekali jika covernya hanya se-simple itu.
Dibalik kesalahan dan cover yang terlalu simple, tak membuat buku ini untuk dilewatkan.
Bagi saya pribadi yang baru memiliki bayi, buku ini sangat inspiratif dan memberi pandangan bagi saya bagaimana cara mendidik anak, sekaligus renungan bahwa di luar sana masih banyak orang yang tak seberuntung kita.
Buku Cerita Di Balik Noda dan Berani Kotor Itu Baik wajib dibaca oleh para wanita yang belum atau sudah menikah. Bagi kamu yang belum membeli, buruan ke toko buku untu membelinya.
—
Judul : Cerita Di Balik Noda – 42 Kisah Inspirasi Jiwa
Penulis : Fira Basuki
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Tebal : 235 halaman
Cetakan Pertama : Januari 2013
**foto dokumentasi pribadi
Oke…. masing-masing buku punya kekurangan memang. Tapi kadang kurang jeli melihatnya. Nyampe ke sini karena suka aja baca review buku sebelum membeli. Barangakali buku ini layak. Meski ada kekurangannya juga.
Terimakasih kak artikelnya sangat bermanfaat sekali untuk saya,,semoga selalu sukses kedepannya kak
Perkenalkan kak nama saya M.Rizki Yulisman dari ISB Atmaluhur
Waahh.. reviewnya mantap nih mbak…
Kita beda pendapat pada cover… hehehe…
@Mak Niken : makasih mak.. Hehehe gpp lah beda, kan soal selera..
Keren deh reviewnya mba, yup, memang ada beberapa typo/kesalahan eja seperti yang mba Ranny katakan, terutama tentang salah penyebutan nama, dimana awalnya [hal. 55], anaknya Hani dan Hendro bernama Dewi, dan Wulan adalah adiknya Hendro [hal. 56]. Lalu di hal berikutnya, nama anak Hani dan Hendro menjadi Wulan. 🙂 Sungguh disayangkan sih.
Namun secara keseluruhan, inspirasi yang terselip di setiap ceritanya, menjadi kekuatan sekaligus penutup kelemahan2 itu ya mba? 🙂
Sukses untuk ngontesnya yaaa.
@Mak Alaika : betul sekali mak, kekuatan ceritanya menutupi kesalahan itu. Dimaafkan.. Hehehe
Wah..wah…reviewnya keren Mbak Ranny…ibu muda rupanya yaaa… 🙂
Semoga sukses Mbak…
aku sudah beli nih sedang dibaca, Insya Allah mau ikutan juga doakan ya 🙂