Site icon Hujanpelangi Blog

Prompt #47 : Candu Itu Kamu

Aku sudah lupa bagaimana rasanya jatuh cinta, hingga hari itu.

Hujan yang retas di luar sana, membuatku mengurungkan niat untuk melanjutkan perjalanan. Aku memilih untuk memesan lagi secangkir kopi. Dan, kamu tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam kafe sambil bersungut. Pandangaku beralih ke keributan kecil yang kamu timbulkan. Tak ada yang menarik darimu, tapi bulat penuh matamu membuatku menahan napas sedetik. Matamu menjelajah ke seluruh ruangan mencari kursi kosong. Entah apa yang mendorongku melambaikan tangan ke arahmu. Wajahmu sumringah, lantas bergegas ke arahku. Kopi yang barusan kusesap terasa sangat pahit di tenggorokan.

Cinta hadir dari hal sederhana. Satu kutipan yang kubaca entah di mana. Dan aku dengan sangat terpaksa harus mengiyakan. Freya bagaikan peri hutan, yang membiaskan pendar cahayanya ke dalam hidupku. Yang dulunya hanya ada hitam dan putih. Sekarang berbagai warna silih berganti menghampiriku.

Aku menikmatinya. Aku mencintainya tapi tak cukup kaya untuk memilikinya.

Bukan berarti aku miskin. Tidak. Ada sesuatu hal yang sulit kuungkapkan padanya. Yang satu waktu aku yakin bakal meledak layaknya bom.

Tiap malam, kami selalu menghabiskan berjam-jam bercerita tentang apa saja di telepon. Kadang, kami menghabiskan malam sambil bersimbah peluh, melenguh dan berujung pada senyum kepuasan. Lalu, aku akan memeluk, mencium pipinya lalu tertidur hingga fajar menyapa.

Aku tahu, akan tiba saat itu.

“Kapan, kita akan menikah?” tanyamu.

Aku tercekat. Lidaku kelu.

“Kamu mencintaiku, kan?”

Aku tersenyum dan menarikmu dalam pelukan. Tak perlu kata-kata bak pujangga untuk mengungkapkan cintaku, Freya. Aku mencintaimu lebih dari yang kamu tahu.

Hingga..

“Har, aku akan menikah tiga bulan lagi.”

Aku menghentikan ketukan di keyboard. Freya memelukku sangat erat. Jangan ditanya sakitnya seperti apa. Sungguh sakit hingga, aku tak sanggup untuk bergerak bahkan bernapas.

“Maafkan aku,” ucapku. “Mas Gamal belum mau menikah tahun ini. Aku sudah janji takkan melangkahinya.”

“Aku benci kamu, Haris!”

Matamu dipenuhi genangan cairan bening. Aku membuang muka. Kamu meninggalkanku dengan tangis tertahan.

Kini..

DRRTT..

Aku tersenyum membaca pesan yang baru saja masuk.

From : Freya

Har, telp aku bentar.

Kuambil ponsel yang tergeletak di samping laptop dan menekan speed dial.

Ah, cinta.. Sungguh daya magismu membuat seperti orang tak waras. Aku masih mencintainya walau kini dia telah menikah. Segala pesonanya tak bisa kutolak. Manja suaranya membuatku kepayang. Freya bagaikan rokok. Dan aku adalah pemadat. Berkali-kali aku ingin berhenti tapi tak bisa. Berkali-kali aku menghindarimu, tapi aku selalu kembali. Nikotin yang mengalir dalam darah terlalu pekat. Seperti halnya cintamu yang menyatu dalam sel darahku.

Aku sudah capek untuk pergi darimu. Biarlah, satu waktu. Kelak. Aku akan menemukan penggantimu. Atau bahkan tidak sama sekali.

Freya..

Exit mobile version