Kisah Tentang Perjalanan

Deretan panjang kursi di tempat ini tak pernah berubah. Bahan terbuat dari besi berukiran klasik, khas peninggalan zaman kolonial. Karatan di besi sudah tak nampak lagi, berganti warna keperakan. Ada 5 deret kursi besi berjajar sepanjang selasar ini. Dan aku duduk disalah satunya.

Riuhnya tempat ini memang tak pernah berubah. Orang lalu lalang dengan cepat tanpa mempedulikan satu sama lain, beragam etnis dicampur logat khas daerah, cara berpakaian ndeso sampe modern ada di tempat ini, berbaur menjadi satu, lautan manusia.

Aku memilih untuk berpindah tempat ke salah satu warung kopi yang terletak sekitar 5 meter dari deretan kursi besi itu. Aku memesan secangkir kopi tubruk dan 2 potong roti bakar.

Mataku kembali menatap kerumunan orang yang menyemut di depan sana. Tiap hari mereka melakukan perjalanan entah tujuan yang sama atau tidak. Apakah mereka menikmati perjalanan? Entahlah.

Bagiku Perjalanan adalah sebuah proses perpindahan dari satu titik ke titik lain.

Terlalu teoritis? Absurd? Tak masalah, bagiku definisi perjalanan cukup itu saja.

Apa ada yang spesial dari sebuah perjalanan? Mungkin ya, mungkin tidak. Perjalanan adalah sebuah proses, menurut satu kutipan yang entah dimana aku membacanya.
Bagi aku yang terbiasa dengan perjalanan, ya perjalanan adalah perjalanan itu sendiri. Tidak ada yang spesial, hanyalah suatu perpindahan.

Tapi, teori aku itu terpatahkan setahun lalu, oleh kamu, perempuan semi oriental. Yang tiba-tiba duduk di sebelah ketika aku sedang berbincang di ponsel dengan klien.

“Mas, aku duduk di sini yah, kursi lain sudah penuh,” katanya santun.

Aku menganggukan kepala tanda setuju.

Tak lama dia memesan secangkir kopi dan roti bakar, sama denganku.
Kusesap kopi perlahan, seakan kopi ini dibikin oleh barista terkenal, padahal kopi ini hanyalah buatan Pak Kuncoro, yang SMP pun tidak tamat. Tapi, memang kopi ini beda dengan kopi lainnya, selalu ada after taste dan membuat aku tergila-gila untuk selalu kembali ke tempat ini.

“Rame banget yah mas, di tempat ini kita bisa melihat berbagai ekspresi kehidupan,” ujarnya sambil mata menerawang ke arah kerumunan orang.

“Mungkin,” Jawabku tak acuh.

“Menurut mas apa sih perjalanan itu?”

Dia bertanya sambil menopang wajah dengan kedua tangan. Alisnya dinaikkan, matanya membola seolah meminta jawabanku cepat.

Keningku mengernyit, hmm pertanyaan yang malas untuk dijawab. Pandanganku beralih ke wajahnya, berusaha untuk memikirkan apa yang hendak dijawab.

Kulitnya sawo matang, alisnya tebal, mata agak sipit, hmm kontras, bibir berlekuk tipis dan rambutnya yang panjang dikuncir ke atas. Perpaduan wajahnya aneh tapi manis juga. Perempuan semi oriental, batinku.

“Perjalanan ya perjalanan itu sendiri. Perjalanan hanyalah perpindahan dari satu titik ke titik lain. Itu saja,” jawabku sambil mengunyah roti bakar.

Gantian dia yang mengernyit.

“Uhmmm.. Iyah sih, perjalanan itu perpindahan. Tapi perjalanan juga proses menemukan.”

“Menemukan apa? Barang hilang?”

“Gak, menemukan sesuatu yang “hilang”, pake tanda kutip mas, dan proses menemukan jawaban,” ujarnya dengan mata yang berbinar.

Perempuan yang aneh, batinku.

“Emang apa yang sudah dibuat perjalanan terhadap hidupmu?” Tanyaku setengah mengejek.

“Banyak. Perjalanan mengajarkanku banyak hal. Seperti di tempat ini, awal dan akhir dari sebuah perjalanan, di sini aku menemukan ekspresi kehidupan. Tawa, tangis, sedih, tak acuh, merengut, semua terlukis indah di tempat ini. Dan saat perjalanan dimulai, di situlah prosesnya. Banyak momen akan terlewati dalam perjalanan. Potongan moment seperti kepingan berwarna-warni bisa ditempelkan ke stoples yang tutupnya entah ke mana. Kemudian dapat dijadikan vas bunga yang diisi bunga matahari. Yang nantinya akan terlihat indah di ruangan yang suram. Dalam perjalanan itu kita akan menemukan jawaban, apa yang hilang atau tidak menemukan sama sekali. Dan terakhir. Nikmatilah perjalanan itu,” ucapnya panjang lebar.

Aku bergeming.

Kuaduk pelan kopiku sembari memikirkan kalimat demi kalimat yang terlontar dari bibir tipis perempuan di sampingku ini.

Kalimat-kalimatnya menohok hati. Ya, aku tidak pernah menikmati perjalanan. Karena di pikiranku dunia begitu riuh dengan sendirinya dan aku tak berada di dalamnya. Bagiku perjalanan yang kulakukan selama ini, hanyalah menuntaskan kewajiban yaitu ketemu klien dan ketemu keluarga. Itu saja. Tapi, tak ada salahnya aku mulai menikmati perjalanan-perjalanan itu sendiri.

Senyum terukir di wajahku, kugelengkan kepala sambil tetap tersenyum.

“No comment,” ujarku pelan.

“Ahh payah si mas..” ujarnya sambil mengerucutkan bibir.

Suara perempuan melalui pengeras suara, membuat perempuan itu segera merapikan barang-barangnya.

“Para penumpang kereta Argo Dwipangga jurusan Solo, dipersilahkan naik melalui peron 3.”

“Ok deh, aku duluan yah mas. Keretaku udah ada. Anyway, makasih tumpangan duduknya dan namaku Lalita. Salam kenal,” ucapnya seraya menjulurkan tangan untuk salaman.

“Iyah sama-sama. Namaku Nara,” ucapku sambil menjabat erat tangannya.

“Sampai ketemu lagi mas Nara. Nikmatilah perjalanan dan temukan kepingan di dalamnya. Dan pertemuan kita ini bagian dari perjalanan.”

Dia mengumpulkan barangnya dengan gegas, menyandang rasel, lalu menjinjing sebuah kotak kecil.

Perlahan tubuhnya menghilang dibalik riuhnya orang-orang di depan sana.

“Tak ada salahnya mencoba hal baru, menikmati perjalanan,” gumanku.

**

Tak terasa udah setahun berlalu sejak percakapan singkat dengannya di warung kopi ini.
Kuhabiskan sisa kopi sambil merapikan surat kabar yang berserakan di atas meja..

Ponselku bergetar, ada pesan masuk.

From : Lalita
Mas Nara, 5 menit lagi aku nyampe di stasiun kereta. Tungguin aku yah.

Kuketik pesan balasan.

To : Lalita
Oke.

Sekarang aku lebih menikmati perjalanan. Entah perjalanan dinas, perjalanan pulang ke rumah orang tua ataupun perjalanan dari apartemen ke kantor. Perempuan semi oriental itu telah memberikan arti baru tentang perjalanan itu sendiri di pikiranku.

Dan untuk kali ini, perjalanan akan lebih berwarna dengan kehadiran perempuan semi oriental itu.

**

Selamat bulan Februari temans. Nikmatilah perjalanan di kereta bulan Februari. Semoga perjalanan cerita kehidupan bikin hidup tambah warna.
^.^

12 Comments

  1. Fanny Fristhika Nila 25 September 2019
  2. lia 20 September 2019
    • ranny 25 September 2019
  3. Ceritaeka 5 February 2013
    • ranny 5 February 2013
  4. Ceritaeka 5 February 2013
  5. ranny 5 February 2013
  6. pesta ulang tahun 5 February 2013
  7. Zippy 5 February 2013
    • ranny 5 February 2013
  8. Bang Ancis 5 February 2013
    • ranny 5 February 2013

Reply Cancel Reply